Rabu, 02 Maret 2011

Artikel APBN

Akhir-akhir ini terjadi pergolakan dimana-dimana. Pergolakannya tidak hanya satu, tetapi sangat banyak. Mulai dari pergolakan sosial, pergolakan harga barang-barang pokok, sampai pergolakan minyak. Pergolakan minyak ini lah yang sangat ditakuti pemerintah kita, lebih-lebih lagi masyarakat menengah ke bawah. Kenapa hal tersebut bisa terjadi? Hal ini karena ketika harga minyak (sebut emas hitam) naik, maka hampir semua barang-barang lain pun ikut naik. Terutama sekali harga barang-barang pokok, seperti beras, telur, lombok, dan sebagainya.
Pergolakan harga minyak dunia juga ikut mempengaruhi Indonesia. Harga minyak dunia yang kian meroket hingga lebih dari 200% dari harga yang semula. Akibatnya, pemerintah mengurangi subsidi atas emas hitam tersebut dan menaikkan harga minyak hampir 30%. Hal ini sebenarnya tidak usah terjadi bila saja pemerintah lebih inovatif dalam menciptakan energi alternative lain selain si emas hitam tadi untuk memenuhi kebutuhan energi nasional. Namun, apa boleh dikata, nasi sudah menjadi bubur. Harga emas hitam tersebut sudah naik duluan ketimbang lahirnya solusi energi alternative pra kenaikan harga tersebut. Walaupun demikian, pilihan untuk menaikkan harga minyak subsidi dan mengurangi subsidinya bukanlah pilihan yang tepat. Pemerintah seakan-akan tidak mau tahu gejolak lain ketika si emas hitam tersebut dinaikkan harganya. Pikiran mereka seakan-akan hanya tertuju pada penyelamatan APBN belaka tanpa melihat kerugian yang lebih besar yang akan terjadi di luar sana ketika harga si emas hitam tadi dinaikkan. Kita semua bisa melihat sekarang, fakta di lapangan memperlihatkan adanya kenaikan barang-barang pokok, kenaikan biaya transportasi, biaya pendidikan, bahkan barang-barang teknologi yang sempat turun pun naik lagi akibat naiknya harga si emas hitam.

APBN kan untuk rakyat juga ungkap seoarang pendukung pemerintah. Namun, perlu diketahui bahwa dengan mengurangi beban subsidi yang selama ini diambil dari APBN tidak berarti masalah yang telah terjadi akan berkurang (APBN terselamatkan). Masalah yang lebih besar adalah terjadinya kenaikan harga barang-barang pokok lainnya, transportasi, dan sebagainya tanpa diiringi dengan kenaikan pendapatan masyarakat. Akibatnya, orang miskin semakin bertabah dan pemenuhan kebutuhan-kebutuhan hidup pun semakin sulit. Seandainya subsidi tidak dikurangi, maka masalah yang terjadi tidak akan begitu besar, namun hanya terpusat pada pengolaan APBN saja.

Ke depannya, kepemimpinan yang diharapkan lahir dari jiwa-jiwa yang memiliki kecintaan yang besar terhadap rakyatnya. Pemimpin yang lebih mengutamakan rakyatnya ketimbang yang lain, memiliki ketulusan, kejujuran berbuat, dan kreatif, serta tidak terjebak diwilayah pragmatis golongannya saja (sebut partai). Dengan lahirnya pemimpin seperti ini, maka akan ada perubahan yang pelan tapi pasti, mengantarkan rakyat Indonesia pada kemakmuran yang berkeadilan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar