Sabtu, 04 Desember 2010

Tema: Kepuassan
judul : pengukuran tingkat kepuasan tertanggung PT. Asuransi jasa Indonesia
Pengarang : Hotniar Siringoringo
Tahun : 2003
LBM:Adanya keinginan dari konsumen menjadi acuan khusus bagi setiap perusahaan yang bergelut dibidang jasa agar terus dapat memberikan loyalitas yang harus sesuai dengan apa yang diharapkan, agar konumen atau nasabah tidak beralih terhadap produk produk lain.
Masalah :Loyalitas yang diberikan menjadi kendala dalam pengembangan
dan perubahan keadaan terhadap produk sejenis
Tujuan :Mengukur tingkat kepuasan nasabah mengetahui wujud pelayanan yang diberikan
Metodologi :
a. Data dan variabel : data primer
1. pelayanan
2. klaim
model : sampling random
tahapan penelitian : analisis dat secara statistic deskriptif
Hasil : terhadap variabel yang d uji memiliki hasil yang baik bagi perusahaan pada segi pelayanan, klaim dan resiko sendiri, yang bearti memiliki nilai positif namun masih harus selalu mengembangkan keadaan yang ada sesuai dengan setiap perubahan sehingga karyawan merasakan kepuasan terhadap apa yang dilakukan maka secara tidak langsung memberikan hasil yang maksimal terhadap perusahaan.
Kesimpulan : Pada umumnya nasabah memiliki keinginan yang berbeda tiap waktu, sehingga karyawan akan selalu merasakan keadaan yang berbeda dan mempengaruhi tingkat kepuasan kerja dalam setiap indicator
Saran :hal ini masih terbatas sehingga perlu diperluas untuk konsep yang lebih dalam untuk melihat tingakat kepuasan nasabah dengan masing-masing indikator

REVIEW JURNAL 2

Tema : Kepuassam
bjudul : Pengaruh budaya organisasi dan komitmen organisasional terhadap kepuasan kerja karyawan.
Pengarang : Klara Innata
Tahun : 2009
LBM : dalam organisasi industri, manusia sebagai pembentuk tujuan organisasi yang dipandang sangat penting dan khusus untuk mencapai suatu tujuan yang dapat didukung oleh kepuasan kerja karyawan.
Masalah:Terdapat pengaruh budaya organisasi terhadap kepuasan kerja
terdapat pengaruh komitmen organisasional terhadap kepuasan kerja
komitmen organisasional terhadap kepuasan kerja
Tujuan:Memberikan panduan terhadap organisasi dalam berprilaku
Metodologi :
Data dan variabel : menggunakan variabel bebas berupa
1.Organisasi
2.Komitmen organisasional
model : sampling purposive
tahapan penelitian :
1. pengujian validitas untuk skala kepuasan kerja
2. pengujian reliabilitas alat ukur
Hasil dan kesimpulan :
Hasil : Dari setiap pengujian memberikan adanya keterkaitan yang saling berhubungan erat, yang jika masing-masing memiliki nilai yang kurang dapat terjadi hambatan dalam kegiatan yang berkaiatan langsung dengan kepuasan kerja terhadap aspek pendukung.
Kesimpulan : Berdasarkan analisis suatu karyawan memiliki pengaruh yang signifikan dari budaya organisasi terhadap kepuasan kerja dan komitmen organisasional, maka akan saling memiliki timbale balik satu sama lain.
Saran:bagi perusahaan dapat selalu meningkatkan kondisi aspek budaya organisasi yang melibatkan seluruh karyawan.

REVIEW JURNAL 1

Tema/topik : kepuasan
judul : analisis kepuasan pelanggan pada produk tepung ketan merk rose brand PT. Sungai Budi Jakarta
Pengarang : Hernama
Tahun : 2006
LBM : Dengan semakin pesatnya persaingan, maka perusahaan melakukan strategi dalam pemasarannya. Maka hal yang mendasar dalam pemasaran adalah memahami titik sentralnya yaitu kepuasan konsumen. Yang dapat terkait dalam kepuasan dengan kualitas produk, karena kepuasan menjadi talak ukur terhadap suatu produk.
Masalah : 1. Apakah konsumen puas dengan produk tepung ketan yang dihasilkan oleh PT. Sungai Budi Jakarta?
2. faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi kepuasan konsumen?
3. bagaimana faktor-faktor tersebut mempengaruhi kepuasan konsumen?
Tujuan : 1. Menaikkan laba pada perusahaan
2. menganalisa kualitas produk yang dipandang dari sisi puas atau tidaknya konsumen terhadap suatu produk
d.Metodologi :
a. Data dan variabel : data primer dengan variable tingkat kepuasan,
1. sangat puas
2. puas
3. netral
4. tidak puas
5. sangat tidak puas
b. model : sampling secara acak
c. tahapan penelitian :
menganalisis tingkat kepentingan kinerja
Pemetaan karakteristik responden
tahap uji hipotesis
Hasil dan kesimpulan :
Hasil : hanya ada dua indikator yaitu :
Ho : pelanggan tidak merasa puas terhadap produk tepung ketan merk rose brand di PT. Sungai Budi.
Ha : pelanggan tidak merasa puas terhadap produk tepung ketan merk rose brand di PT. Sungai Budi.
Jika nilai Ho lebih kecil dibanding dengan Ha maka, Ho ditolak dan berarti konsumen merasa puas terhadap produk tepung ketan merk rose brand di PT. Sungai Budi.
Kesimpulan : Pada umumnya konsumen merasa puas terhadap kualitas produk tepung ketan merk rose brand di PT. Sungai Budi, maka dari indicator yang ada perusahaan dapat mempertahankan dan meningkatkan indicator higienis dan kualitas
Saran:
a. Bagi penulis berikutnya disarankan menambah variabel tingkat pembanding dengan produk jenis sesama.

Review jurnal 1

Analisis Faktor-Faktor yang Paling Mempengaruhi Kepuasan Konsumen Warnet

PENDAHULUAN
Pertumbuhan pengguna internet di Indonesia berkembang sangat pesat.
Menurut data IDC (Internet Indo Data Centra Indonesia), ada sekitar 196 juta
pengguna Internet di seluruh dunia sampai akhir tahun 1999, dan menjadi 502 juta
pengguna pada tahun 2003. Saat ini pengguna internet di Indonesia sebanyak 20
juta orang diperkirakan akan bertambah sebanyak 5 juta orang di tahun 2007.
Salah satu fenomena yang terjadi dengan pesatnya pertambahan pengguna internet
di Indonesia adalah warung internet dan online shopping. Dari pengguna internet
sebanyak 20 juta orang, 40% diantaranya mengakses internet dari warnet.
Pada saat ini Awari (Asosiasi Warung Internet Indonesia) memperkirakan
jumlah warnet yang tersebar di Indonesia telah mencapai lebih dari 10 ribu.
Omset bisnis warung internet di Indonesia mencapai 180 miliar per bulan dengan
margin keuntungan hanya 5%, dengan demikian para pengusaha warnet perlu
mengetahui apakah konsumen telah puas terhadap produk yang telah ditawarkan
atau dipasarkan.
Tingkat persaingan yang sangat tinggi, juga dialami oleh warnet yang
terletak di sekitar Universitas Tarumanegara. Sehubungan dengan hal ini, maka
untuk memenangkan persaingan perusahaan perlu mengetahui faktor-faktor apa
saja yang menyebabkan konsumen warnet puas.

Pokok Permasalahan Penelitian

Masalah yang akan dibahas oleh penulis disini adalah faktor-faktor apa
saja yang menyebabkan konsumen warnet puas dan seberapa besarkah pengaruh
faktor-faktor tersebut terhadap kepuasan konsumen warnet khususnya yang ada
disekitar Tarumanagara.

KERANGKA TEORI PERILAKU KONSUMEN
Perilaku Konsumen

Menurut John C. Mowen (1995:5), perilaku konsumen adalah sebagai
berikut: “Consumer Behavior is defined as the study of the buying units and the
exchange processes involved in acquiring, consuming and disposing of goods,
services, experiences and ideas.”
Studi tentang perilaku konsumen adalah studi mengenai bagaimana para
individu membuat keputusan untuk menggunakan dana yang dimiliki untuk
kebutuhan-kebutuhan yang berhubungan dengan konsumsi menyangkut
bagaimana, dimana, mengapa, berapa banyak, serta berapa sering membeli.

Kepuasan Konsumen
Menurut John C. Mowen (2000:512), Kepuasan Konsumen adalah
“Consumer Satisfaction is defined as the overall attitude regarding a good or
service after its acquisition and use.”
Definisi dari kepuasan konsumen disini adalah keseluruhan sikap yang
timbul setelah membeli atau menggunakan sebuah produk atau jasa.

Atribut-Atribut Pembentuk Kepuasan Konsumen

Menurut Hawkins dan Lonney (jurnal Faktor-faktor yang mempengaruhi
kesetiaan terhadap merk pada konsumen pasta gigi Pepsodent di Surabaya,
2003:102), atribut-atribut pembentuk customer satisfaction dikenal dengan “The
Big Eight” yang terdiri dari:
a. Value to Price Relationship
Artinya bahwa hubungan antara harga dan nilai produk ditentukan oleh
perbedaan antara nilai yang diterima pelanggan terhadap suatu produk yang
dihasilkan oleh badan usaha.
b. Product Quality
Artinya merupakan mutu dari semua komponen-komponen yang membentuk
produk sehingga produk tersebut mempunyai nilai tambah.
c. Product Features
Artinya merupakan komponen-komponen fisik dari suatu produk yang
menghasilkan.
d. Reliability
Artinya merupakan gabungan dari kemampuan suatu produk dari badan usaha
yang dapat diandalkan, sehingga suatu produk yang dihasilkan dapat sesuai
dengan apa yang dijanjikan oleh badan usaha.
e. Warranty
Artinya penawaran untuk pengembalian harga pembelian atau mengadakan
perbaikan terhadap produk yang rusak dalam suatu kondisi dimana suatu
produk mengalami kerusakan setelah pembelian.
f. Response to and Remedy of Problems
Artinya merupakan sikap dari karyawan di dalam memberikan tanggapan
terhadap keluhan atau membantu pelanggan didalam mengatasi masalah yang
terjadi.
g. Sales experience
Artinya merupakan hubungan semua antar pribadi antara karyawan dengan
pelanggan khususnya dalam hal komunikasi yang berhubungan dengan
pembelian.
h. Convenience of Acquisition
Artinya merupakan kemudahan yang diberikan oleh badan usaha kepada
pelanggan terhadap produk yang dihasilkannya.

Pengertian Jasa
Menurut Kotler (2000:486) jasa adalah “setiap tindakan atau kegiatan
yang dapat ditawarkan oleh satu pihak kepada pihak lain, yang pada dasarnya
tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan apapun.”
Jasa merupakan pelayanan langsung dari produsen pemberi jasa kepada
para konsumennya. Karena bersifat langsung, maka karakteristik atau ciri-ciri
dari pelayanan jasa berbeda dengan produksi dan pemasaran barang.Pemasaran
jasa bersifat sensitif dalam menghayati kebutuhan konsumennya. Para tenaga
pemasar harus selalu dekat dan terus menerus memperhatikan para konsumennya.

METODE PENELITIAN

Obyek Penelitian

Dalam penelitian ini obyek yang diteliti adalah pelanggan atau pengunjung
warung internet di sekitar kampus Untar 2. Warung internet yang disurvey
berjumlah 10 (sepuluh) warnet yaitu Jordan, Q net, I Dunia, SS, D-base, Telkom,
Meganet, Logos, Gravity, dan Heroes. Penelitian dilakukan dengan melakukan
penyebaran kuesioner selama dua hari berturut-turut di warung internet tersebut

Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah gabungan antara riset
eksploratori dan riset deskriptif. Penelitian ini diawali dengan penelitian
eksploratori yang kemudian diteruskan dengan riset deskriptif.
Menurut Malhotra (2004:78) descriptive research adalah :
“A type of conclusive research that has as its major objective the description of
something – usually market characteristics or functions. Thus, a descriptive
design requires a clear specification of the who, what, when, where, why and way
(the six Ws) of the research”.
Berdasarkan teori tersebut maka pertanyaan dalam kuesioner penelitian
diarahkan untuk menjawab keenam W tersebut.

Pembatasan Ruang Lingkup Penelitian Dan Pemilihan Atribut Yang Akan
Diteliti

Berdasarkan data dari Asosiasi Pengusaha Warnet Komunitas Telematika
(APWKOMITEL) (http://www.apwkomitel.org/warnetjakarta.htm), di Jakarta
sendiri tercatat 133 warnet dan jumlah ini diyakini hanya separuh dari total
keseluruhan warnet yang ada dan jumlahnya terus berkembang.
Berdasarkan kenyataan tersebut, maka penulis memutuskan untuk
membatasi ruang lingkup penelitian menjadi sekitar kampus khususnya
Universitas Tarumanagara. Dasar pertimbangan lain adalah karena penulis
melihat banyaknya warnet yang terus bermunculan di sekitar kampus Universitas
Tarumanagara.
Pemilihan Atribut Yang Akan Diteliti

Pemilihan atribut yang akan diteliti berdasarkan salah satu survey yang
diadakan secara online oleh pintunet.com terhadap warnet 7th Net di Jakarta Barat
(http://www.pintunet.com/produk.php?%20vproduk_id=p888600
&vpid=5503010301). Di dalam survey tersebut terdapat atribut seperti frekuensi
kunjungan, fasilitas, kecepatan akses, suasana, pelayanan, dan harga yang
dibayarkan. Pertimbangan lain yang dilakukan penulis adalah karena penulis juga
merupakan salah satu pelanggan warnet yang menggunakan fasilitas dari warnet
secara berkala.
Berdasarkan survey yang sudah ada dan pengalaman penulis sebagai
pelanggan warnet, maka penulis memutuskan untuk memilih atribut yang diteliti
berdasarkan survey yang sudah ada ditambah dengan atribut lokasi yang dianggap
penulis dapat mempengaruhi kepuasan konsumen warnet. Atribut lokasi ini
dianggap penting oleh penulis karena lokasi warnet yang dekat dan mudah
didatangi bisa menjadi salah satu faktor penyebab kepuasan konsumen. Frekuensi
kunjungan akan menjadi ukuran untuk tingkat kepuasan konsumen. Selanjutnya
enam atribut yang akan diteliti yaitu, lokasi, fasilitas, kecepatan akses, suasana,
pelayanan dan harga yang dibayarkan akan diteliti dengan menggunakan daftar
pertanyaan berupa kuosioner.

Desain Pertanyaa Pertanyaan atau kuesioner adalah daftar pertanyaan yang diajukan kepada
para pengunjung atau responden sebagai obyek penelitian dan dilengkapi dengan
baris sebagai tempat untuk jawaban pada responden.
Skala yang dipergunakan adalah Skala Likert. Menurut Supranto
(2001:84-85) format tipe Likert dirancang untuk memungkinkan pengunjung
menjawab dalam berbagai tingkatan pada setiap butir – butir yang menguraikan
produk / jasa.

Metode Pengambilan Sampel

Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
non probability sampling dimana pemilihan anggota populasi untuk masuk dalam
sampel dilakukan berdasarkan pertimbangan subyektif peneliti. Pertimbangan
dibuat berdasarkan faktor biaya, waktu, lokasi, informasi yang dibutuhkan, dan
sebagainya.
Tehnik pengambilan sampel yang digunakan dalam metode non probability
sampling adalah judgement sampling.

Sampel Penelitian
1. Dari hasil analisis karakteristik respoden kita dapat mengetahui beberapa hal
sebagai berikut:
a. Faktor lokasi mempengaruhi kepuasan konsumen dengan jumlah rata-rata
yang menjawab sangat setuju sebanyak 47,5% dan jumlah rata-rata yang
menjawab setuju sebanyak 40%.
b. Faktor harga mempengaruhi kepuasan konsumen dengan jumlah rata-rata
yang menjawab sangat setuju sebanyak 65,8% dan jumlah rata-rata yang
menjawab setuju sebanyak 27,5%.
c. Faktor fasilitas warnet mempengaruhi kepuasan konsumen dengan jumlah
rata-rata yang menjawab sangat setuju sebanyak 79,2% dan jumlah rata-
rata yang menjawab setuju sebanyak 18,3%.
d. Faktor kecepatan akses internet mempengaruhi kepuasan konsumen
dengan jumlah rata-rata yang menjawab sangat setuju sebanyak 72,5% dan
jumlah rata-rata yang menjawab setuju sebanyak 22,5%.
e. Faktor suasana warnet mempengaruhi kepuasan konsumen dengan jumlah
rata-rata yang menjawab sangat setuju sebanyak 58,3% dan jumlah rata-
rata yang menjawab setuju sebanyak 36,7%.
f. Faktor pelayanan mempengaruhi kepuasan konsumen dengan jumlah rata-
rata yang menjawab sangat setuju sebanyak 55,8% dan jumlah rata-rata
yang menjawab setuju sebanyak 37,5%.
2. Dari analisis korelasi dapat dilihat bahwa korelasi terhadap dependen variabel
rendah sekali yang disebabkan oleh sulitnya penentuan nilai Y.
3. Dari analisis regresi berganda dapat dilihat bahwa model yang didapatkan
tidak dapat mewakili pendapat responden mengenai faktor-faktor yang ada.
4. Berdasarkan perbandingan nilai R2, maka dapat dilihat bahwa faktor
kecepatan akses internet (x4) mempunyai pengaruh paling besar terhadap
kepuasan konsumen (Y). Faktor kedua yang paling mempengaruhi adalah
fasilitas warnet (x3).

SARAN

Dengan hasil kesimpulan yang telah didapatkan beberapa saran yang
diberikan oleh penulis adalah sebagai berikut :
1. Oleh karena itu pengusaha warnet hendaknya melakukan survey untuk
mengetahui kepuasan konsumen pengguna warnetnya.
2. Berdasarkan hasil analisis, diketahui bahwa faktor kecepatan akses internet
dan faktor fasilitas warnet paling besar mempengaruhi kepuasan konsumen
sehingga para pengusaha warnet hendaknya menginvestasikan modalnya
untuk kedua faktor tersebut dengan tidak melupakan faktor lainnya, seperti
suasana warnet dan pelayanan
3. Pengusaha warnet hendaknya melakukan standarisasi tugas untuk orang yang
akan melakukan pelayanan seperti kasir agar dapat melayani konsumen
dengan ramah dan cepat, mengatur jam kerja para karyawannya agar kinerja
mereka maksimal, tidak membuat promosi yang berlebihan, dan mengetahui
bagaimana cara konsumen menilai warnetnya.

KEPUSTAKAAN
Aritonang, Lerbin R.. 1998. Penelitian Pemasaran. Jakarta : UPT Penerbitan
Universitas Tarumanagara

Tugas Mata Kuliah Perilaku Konsumen

Kata Pengantar

Perilaku Konsumen adalah perilaku yang konsumen tunjukkan dalam mencari, menukar, menggunakan, menilai, mengatur barang atau jasa yang mereka anggap akan memuaskan kebutuhan mereka.

Definisi lainnya adalah bagaimana konsumen mau mengeluarkan sumber dayanya yang terbatas seperti uang, waktu, tenaga untuk mendapatkan barang atau jasa yang diinginkan.



































Pembahasan

Perilaku Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan. Jika tujuan pembelian produk tersebut untuk dijual kembali, maka dia disebut pengecer atau distributor. Pada masa sekarang ini bukan suatu rahasia lagi bahwa sebenarnya konsumen adalah raja sebenarnya, oleh karena itu produsen yang memiliki prinsip holistic marketing sudah seharusnya memperhatikan semua yang menjadi hak-hak konsumen

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen antara lain adalah :
Menurut James F. Engel – Roger D. Blackwell – Paul W. Miniard dalam Saladin terdapat tiga faktor yang mempengaruhinya, yaitu :

•Pengaruh lingkungan, terdiri dari budaya, kelas sosial, keluarga dan situasi. Sebagai dasar utama perilaku konsumen adalah memahami pengaruh lingkungan yang membentuk atau menghambat individu dalam mengambil keputusan berkonsumsi mereka. Konsumen hidup dalam lingkungan yang kompleks, dimana perilaku keputusan mereka dipengaruhi oleh keempat faktor tersebut diatas.
•Perbedaan dan pengaruh individu, terdiri dari motivasi dan keterlibatan, pengetahuan, sikap, kepribadian, gaya hidup, dan demografi. Perbedaan individu merupkan faktor internal (interpersonal) yang menggerakkan serta mempengaruhi perilaku. Kelima faktor tersebut akan memperluas pengaruh perilaku konsumen dalam proses keputusannya.
•Proses psikologis, terdiri dari pengolahan informasi, pembelajaran, perubahan sikap dan perilaku. Ketiga faktor tersebut menambah minat utama dari penelitian konsumen sebagai faktor yang turut mempengaruhi perilaku konsumen dalam penambilan keputusan pembelian.
Menurut Kotler dan Armstrong (1996) terdapat dua faktor dasar yang mempengaruhi perilaku konsumen yaitu faktor eksternal dan faktor internal.
•Faktor eksternal
Faktor eksternal merupakan faktor yang meliputi pengaruh keluarga, kelas sosial, kebudayaan, marketing strategy, dan kelompok referensi. Kelompok referensi merupakan kelompok yang memiliki pengaruh langsung maupun tidak langsung pada sikap dan prilaku konsumen. Kelompok referensi mempengaruhi perilaku seseorang dalam pembelian dan sering dijadikan pedoman oleh konsumen dalam bertingkah laku.


•Faktor internal
Faktor-faktor yang termasuk ke dalam faktor internal adalah motivasi, persepsi, sikap, gaya hidup, kepribadian dan belajar. Belajar menggambarkan perubahan dalam perilaku seseorang individu yang bersumber dari pengalaman. Seringkali perilaku manusia diperoleh dari mempelajari sesuatu.

Pendekatan Perilaku Konsumen
Pendekatan perilaku konsumen terdiri dari 2 bagian yaitu :

a.Pendekatan Kardinal atau Cardinal Approach

Menurut pendekatan kardinal kepuasan seorang konsumen diukur dengan satuan kepuasan (misalnya:uang). Setiap tambahan satu unit barang yang dikonsumsi akan menambah kepuasan yang diperoleh konsumen tersebut dalam jumlah tertentu. Semakin besar jumlah barang yang dapat dikonsumsi maka semakin tinggi tingkat kepuasannya. Konsumen yang rasional akan berusaha untuk memaksimalkan kepuasannya pada tingkat pendapatan yang dimilikinya. Besarnya nilai kepuasan akan sangat bergantung pada individu (konsumen) yang bersangkutan. Konsumen dapat mencapai kondisi equilibrium atau mencapai kepuasan yang maksimum apabila dalam membelanjakan pendapatannya mencapai kepuasan yang sama pada berbagai barang. Tingkat kepuasan konsumen terdiri dari dua konsep yaitu kepuasan total (total utility) dan kepuasan tambahan (marginal utility). Kepuasan total adalah kepuasan menyeluruh yang diterima oleh individu dari mengkonsumsi sejumlah barang atau jasa. Sedangkan kepuasan tambahan adalah perubahan total per unit dengan adanya perubahan jumlah barang atau jasa yang dikonsumsiAsumsi dari pendekatan ini adalah sebagai berikut:

1.Konsumen rasional, artinya konsumen bertujuan memaksimalkan kepuasannya dengan batasan pendapatannya.
2.Berlaku hukum Diminishing marginal utility, artinya yaitu besarnya kepuasan marginal akan selalu menurun dengan bertambahnya jumlah barang yang dikonsumsi secara terus menerus.
3.Pendapatan konsumen tetap yang artinya untuk memenuhi kepuasan kebutuhan konsumen dituntut untuk mempunyai pekerjaan yang tetap supaya pendapatan mereka tetap jika salah satu barang di dalam pendekatan kardinal harganya melonjak.
4.Uang mempunyai nilai subyektif yang tetap yang artinya uang merupakan ukuran dari tingkat kepuasan di dalam pendekatan kardinal semakin banyak konsumen mempunyai uang maka semakin banyak mereka dapat memenuhi kebutuhan mereka..
5.Total utility adalah additive dan independent. Additive artinya daya guna dari sekumpulan barang adalah fungsi dari kuantitas masing-masing barang yang dikonsumsi. Sedangkan independent berarti bahwa daya guna X1 tidak dipengaruhi oleh tindakan mengkonsumsi barang X2, X3, X4 …. Xn dan sebaliknya.
Penutup

Perilaku konsumen merupakan suatu tindakan nyata konsumen yang dipengaruhi faktor-faktor kejiwaan dan faktor luar lainnya yang mengarahkan mereka untuk memilih dan mempergunakan barang dan jasa yang diinginkannya. Perilaku konsumen dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain keyakinan konsumen terhadap produk yang bersangkutan, keyakinan terhadap referensi serta pengalaman masa lalu konsumen. Berkaitan dengan keinginan konsumen untuk membeli dikenal istilah minat beli. Minat beli merupakan bagian dari proses menuju kearah tindakan pembelian yang dilakukan seorang konsumen

Daftar Pustaka

http://broncu.blogspot.com/2010/05/perilaku-konsumen.html

Tugas mata kuliah Perilaku Konsumen ( Perilaku konsumen)

Kata Pengantar

Perilaku konsumen adalah proses dan aktivitas ketika seseorang berhubungan dengan pencarian, pemilihan, pembelian, penggunaan, serta pengevaluasian produk dan jasa demi memenuhi kebutuhan dan keinginan. Perilaku konsumen merupakan hal-hal yang mendasari konsumen untuk membuat keputusan pembelian. Untuk barang berharga jual rendah (low-involvement) proses pengambilan keputusan dilakukan dengan mudah, sedangkan untuk barang berharga jual tinggi (high-involvement) proses pengambilan keputusan dilakukan dengan dengan pertimbangan yang matang. Perilaku Konsumen menurut Schiffman (2004) adalah perilaku yang ditunjukkan konsumen dalam pencarian akan pembelian, penggunaan, pengevaluasian, dan penggantian produk dan jasa yang diharapkan dapat memuaskan kebutuhan konsumen. Pada dasarnya perilaku konsumen merupakan tindakan atau perilaku, termasuk didalamnya aspek-aspek yang mempengaruhi tindakan itu, yang berhubungan dengan usaha untuk mendapatkan produk (barang dan jasa) guna memenuhi kebutuhannya. Perilaku konsumen menurut Engel (1994) adalah tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk dan jasa, termasuk proses yang mendahului dan menyusul dari tindakan ini. Mowen (1990) mengatakan bahwa perilaku konsumen adalah studi unit-unit dan proses pembuatan keputusan yang terlibat dalam menerima, menggunakan dan penentuan barang, jasa, dan ide. Difinisi tersebut menggunakan istilah unit-unit pembuat keputusan, karena keputusan bisa dibuat oleh individu atau kelompok. Swastha dan Handoko (1982) mendifinisikan perilaku konsumen sebagai tindakan individu yang secara langsung terlibat dalam usaha memperoleh dan menggunakan barang dan jasa. Perilaku manusia sangat komplek sehingga sangat sulit digambarkan dengan kata-kata.

Pembahasan

Perilaku konsumen :
Adalah tingkah laku dari konsumen, dimana mereka dapat mengilustrasikan pencarian untuk membeli, menggunakan, mengevaluasi dan memperbaiki suatu produk dan jasa mereka. Focus dari perilaku konsumen adalah bagaimana individu membuat keputusan untuk menggunakan sumber daya mereka yang telah tersedia untuk mengkonsumsi suatu barang.

Dua wujud konsumen
1. Personal Consumer : konsumen ini membeli atau menggunakan barang atau jasa untuk penggunaannya sendiri.
2. Organizational Consumer : konsumen ini membeli atau menggunakan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan dan menjalankan organisasi tersebut.

Production concept
Konsumen pada umumnya lebih tertarik dengan produk-produk yang harganya lebih murah. Mutlak diketahui bahwa objek marketing tersebut murah, produksi yang efisien dan distribusi yang intensif.

Product concept
Konsumen akan menggunakan atau membeli produk yang ditawarkan tersebut memiliki kualitas yang tinggi, performa yang terbaik dan memiliki fitur-fitur yang lengkap.

Selling concept
Marketer memiliki tujuan utama yaitu menjual produk yang diputuskan secara sepihak untuk diproduksi.

Marketing concept
Perusahaan mengetahui keinginan konsumen melalui riset yang telah dilakukan sebelumnya, kemudian memproduksi produk yang diinginkan konsumen. Konsep ini disebut marketing concept.

Market segmentation
Membagi kelompok pasar yang heterogen ke kelompok pasar yang homogen.

Market targeting
Memlih satu atau lebih segmen yang mengidentifikasikan perusahaan untuk menentukan.

Positioning
Mengembangkan pemikiran yang berbeda untuk barang dan jasa yang ada dalampikiran konsumen.

Penutup

Perilaku konsumen merupakan suatu tindakan nyata konsumen yang dipengaruhi faktor-faktor kejiwaan dan faktor luar lainnya yang mengarahkan mereka untuk memilih dan mempergunakan barang dan jasa yang diinginkannya. Perilaku konsumen dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain keyakinan konsumen terhadap produk yang bersangkutan, keyakinan terhadap referensi serta pengalaman masa lalu konsumen. Berkaitan dengan keinginan konsumen untuk membeli dikenal istilah minat beli. Minat beli merupakan bagian dari proses menuju kearah tindakan pembelian yang dilakukan seorang konsumen

Daftar Pustaka

sumber.http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2010/10/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-perilaku-konsumen-dan-dinamika-psikologisnya/

Kamis, 18 November 2010

Perilaku konsumen

MEMAHAMI KONSUMEN

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pemahaman akan perilaku konsumen adalah tugas penting bagi para pemasar. Para pemasar mencoba memahami perilaku pembelian konsumen agar mereka dapat menawarkan kepuasan yang lebih besar kepada konsumen. Tapi bagaimanapun juga ketidakpuasan konsumen sampai tingkat tertentu masih akan ada. Beberapa pemasar masih belum menerapkan konsep pemasaran sehingga mereka tidak berorientasi pada konsumen dan tidak memandang kepuasan konsumen sebagai tujuan utama. Lebih jauh lagi karena alat menganalisis perilaku konsumen tidak pasti, para pemasar kemungkinan tidak mampu menetapkan secara akurat apa sebenarnya yang dapat memuaskan para pembeli. Sekalipun para pemasar mengetahui faktor yang meningkatkan kepuasan konsumen, mereka belum tentu dapat memenuhi faktor tersebut.
Menurut Susan A. Friedmann, setidaknya perlu memahami “10 ayat-ayat” berikut agar dapat menajamkan fokus dalam melayani konsumen. Ketahui siapa bos sebenarnya. Anda berbisnis untuk melayani konsumen, dan Anda hanya dapat melakukan itu apabila mengetahui keinginan mereka. Jika Anda sungguh-sungguh mendengarkan konsumen, mereka akan menjelaskan apa yang dikehendaki dan bagaimana sebaiknya Anda memberikan pelayanan terbaik untuk mereka. Jangan lupa bahwa yang “membayar” gaji kita dan memungkin bisnis ini berjalan adalah konsumen.
Jadilah pendengar yang baik. Luangkan waktu untuk menelaah kebutuhan konsumen dengan bertanya dan fokus terhadap apa yang telah mereka katakan. Perhatikan kata-katanya, intonasi suaranya, gerak badannya, dan yang terpenting bagaimana perasaan mereka. Jauhkan diri dari asumsi-asumsi dan berpikir intuitif tentang keinginan konsumen.

1.2 Rumusan Masalah
1. apa pengertian konsumen?
2. apa saja jenis-jenis konsumen?
3. apa saja yang mempengaruhi perilaku konsumen?
4. bagaimana cara memahami konsumen?



1.3 Tujuan.Pembahasan
1. mengetahui pengertian konsumen
2. mengetahui jenis-jenis konsumen
3. mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen
4. mengetahui cara memahami konsumen

BAB II
ISI
Pengertian Konsumen
Dalam dunia marketing konsumen adalah hal yang perlu diperhatikan, jika suatu perusahaan atau pedagang tidak memiliki konsumen, maka akan sia-sia barang yang diperdagangkan. Berikut ini adalah pengertian konsumen menurut beberapa ahli, yaitu:
a. Pengertian Konsumen menurut Philip Kotler (2000) dalam bukunya Prinsiples Of Marketing adalah semua individu dan rumah tangga yang membeli atau memperoleh barang atau jasa untuk dikonsumsi pribadi
b. Menurut pengertian Pasal 1 angka 2 UU PK, “Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga,, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan.”

Jenis-jenis konsumen
a. Pelanggan/konsumen menurut UU Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan atau jasa yang tersedia dimasyarakat baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain maupun mahluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan.
b. Konsumen trend setter. Tipikal konsumen ini selalu suka akan sesuatu yang baru, dan dia mendedikasikan dirinya untuk menjadi bagian dari gelombang pertama yang memiliki atau memanfaatkan teknologi terbaru
c. Konsumen yang mudah dipengaruhi, terutama oleh konsumen trend setter, sehingga disebut sebagai follower atau pengikut. Kelompok ini sangat signifikan, karena membentuk persentase terbesar, kelompok ini disebut konsumen follower.
d. Value seeker, adalah mereka yang memiliki pertimbangan dan pendirian sendiri. Jenis konsumen ini relatif sulit untuk dipengaruhi, karena mereka lebih mendasarkan kebutuhan mereka terhadap alasan-alasan yang rasional.
e. Konsumen pemula adalah pelanggan yang datang banyak bertanya dan merupakan calon pelanggan dimasa yang akan datang.
f. Konsumen curiga, ada konsumen yang datang dengan rasa curiga bahwa anda menjual barang gelap dengan harga gelap dan untung anda berlipat.
g. Konsumen pengadu domba, Konsumen jenis ini suka mengatakan bahwa harga di tempat lain lebih murah daripada barang yang anda tawarkan.
h. Konsumen pengutil,konsumen yang sering bertanya apa saja, yang pada intinya bertujuan agar anda bingung dan linglung, dan pada akhirnya setelah konsumen tersebut pergi, anda mendapatkan ada barang yang hilang. Konsumen jenis ini tidak selalu kumal kadang berpenampilan parlente
i. Konsumen yang loyal pada harga adalah konsumen yang loyalitasnya hanya terletak pada harga bukan pada Anda.
j. Konsumen banyak uang adalah konsumen yang memilki banyak uang tapi menomorsatukan mutu.
k. Konsumen kumuh, sesungguhnya penampilan kumuh atau perlente tidak pernah mengatakan apa-apa dan jangan berprasangka buruk bahwa konsumen tersebut akan memperdaya kita. Tapi memang seperti itulah kepribadian mereka.
l. Pelanggan adalah orang/lembaga yang melakukan pembelian produk/jasa kita secara berulang-ulang.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen
Menurut James F. Engel – Roger D. Blackwell – Paul W. Miniard dalam Saladin (2003 : 19) terdapat tiga faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen yaitu :
a. Pengaruh lingkungan, terdiri dari budaya, kelas sosial, keluarga dan situasi. Sebagai dasar utama perilaku konsumen adalah memahami pengaruh lingkungan yang membentuk atau menghambat individu dalam mengambil keputusan berkonsumsi mereka. Konsumen hidup dalam lingkungan yang kompleks, dimana perilaku keputusan mereka dipengaruhi oleh keempat faktor tersebut diatas.
b. Perbedaan dan pengaruh individu, terdiri dari motivasi dan keterlibatan, pengetahuan, sikap, kepribadian, gaya hidup, dan demografi. Perbedaan individu merupakan faktor internal (interpersonal) yang menggerakkan serta mempengaruhi perilaku. Kelima faktor tersebut akan memperluas pengaruh perilaku konsumen dalam proses keputusannya.
c. Proses psikologis, terdiri dari pengolahan informasi, pembelajaran, perubahan sikap dan perilaku. Ketiga faktor tersebut menambah minat utama dari penelitian konsumen sebagai faktor yang turut mempengaruhi perilaku konsumen dalam penambilan keputusan pembelian.

Memahami Konsumen
Pada tahun 1960-an seorang ahli pengiklanan, David Ogilvy dalam bukunya, Confessions of an Advertising Man Atheneum menyatakan; “Konsumen bukanlah orang dungu. Dia istri Anda!” Pernyataan ini dikutip oleh dua ahli pengiklanan Dewasa ini, Max Stherland dan Alice K. Sylvester, dalam kata pengantar bukunya; Advertising and The Mind of The Consumer, tahun 2000. Kemudian dalam buku tersebut juga disebutkan konsumen merupakan, “Istri, suami, pasangan, dan anak-anak kita semuanya adalah konsumen. Mereka bukanlah orang idiot. Konsumen adalah Anda dan saya”.
Pada tahun 1980 sebuah perusahaan riset pasar yang ternama J.D. Power & Associates, mengumpulkan pendapat lebih dari 60.000 pemilik mobil di Amerika Serikat, untuk mengukur kepuasan mereka terhadap mutu produk dan pelayanan dari dealer atau perusahaan penyalur selama 12 sampai 14 bulan pertama kepemilikan mobil mereka. Survai dilakukan terhadap berbagai merek yang terjual di Amerika Serikat. Hasil dari penelitian tersebut menyatakan bahwa kepuasan terhadap dealer ternyata memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan pelanggan secara keseluruhan. Kepuasan terhadap dealer menyebabkan kesetiaan terhadap dealer. Merzedes-Benz, Subaru dan Jaguar, ternyata memimpin merek lainnya dalam kepuasan pelanggan.
Untuk dapat memuaskan konsumennya, perusahaan dapat memulai dari mencari tahu kebutuhan dan keinginan itu sendiri. Atau dengan kata lain perusahaan harus tahu motif konsumen dalam membeli suatu produk. Apakah konsumen membeli produk untuk memperoleh manfaat inti dari produk ataukah mereka membeli produk tersebut akan memperoleh tambahan manfaat dari produk yang dibelinya. Umpamanya, mungkin seorang ibu rumah tangga dalam membeli sabun deterjen memilih merk tertentu bukan karena deterjen tersebut dapat mencuci tetapi karena deterjen tersebut dapat mencuci tetapi karena deterjen tersebut ditempatkan dalam sebuah gelas, yang dapat menambah koleksi gelasnya setelah sabunnya habis.
Identifikasi dan antisipasi kebutuhan konsumen. Perlu disadari, konsumen bukanlah sekadar membeli produk atau jasa. Akan tetapi mereka membeli perlakuan yang baik (good feelings) dan solusi atas masalah yang dihadapinya. Seringkali konsumen bersikap emosional ketimbang berpikir logis. Karena itu, semakin baik konsumen dipahami,, maka akan semakin mudah dalam mengantisipasi kebutuhan mereka. Lakukan komunikasi secara reguler sehingga diketahui apa yang dibutuhkan oleh konsumen. Perlakukan konsumen sebagai individu. Selalu pergunakan nama mereka dan temukan cara untuk memberikan pujian atau mengucapkan salam, tapi lakukan dengan betul-betul tulus. Orang sangat menghargai ketulusan. Hal ini menciptakan perasaan yang baik dan kepercayaan (trust). Pikirkan cara-cara untuk mendapatkan perasaan baik ini dalam menjalin hubungan. Konsumen amat sensitif dan akan tahu apakah pemasar betul-betul peduli atau tidak kepada mereka. Jangan lupa, ucapkan terima kasih tiap kali ada kesempatan. Jika bertatap muka langsung dengan mereka, pastikan pula bahwa gerak tubuh menunjukkan ketulusan. Antara kata-kata dan tindakan juga harus selaras.Bantulah konsumen memahami sistem. Bisnis bisa saja sudah diorganisasikan dengan sangat baik bahkan mungkin memakai standar internasional. Namun jika konsumen tak memahami sistem tersebut, tak mustahil mereka justru kebingungan, menjadi tak sabar bahkan marah. Karena itu, sediakan waktu untuk menjelaskan bagaimana sistem bekerja dan bagaimana sistem itu semakin mempermudah transaksi. Meski demikian, perlu dijelaskan secara hati-hati bahwa sistem tersebut tetap tak mengurangi sentuhan manusia dalam bisnis. Pada saat mereka memiliki permintaan (sepanjang rasional) katakan bahwa bisa dipenuhi. Bayangkan apa yang terjadi sesudah itu. Jalan bisnis akan semakin mudah.

Pahami bagaimana meminta maaf, ketika terjadi suatu hal buruk, maka minta maaflah. Hal ini mudah dilakukan dan konsumen pun menyukainya. Konsumen tentu saja tidak selalu benar, tapi konsumen selalu harus menang. Upayakan pemecahan masalah secepatnya dan informasikan kepada konsumen apa yang telah pemasar lakukan. Permudah jalan bagi konsumen untuk menyampaikan komplain. Hargai keluhannya. Meski bagi kita mungkin terasa pahit, namun hal itu memberikan peluang untuk perbaikan. Sekalipun di luar cuaca sedang buruk, pergilah untuk membuat konsumen tetap nyaman. Berikan ekspektasi lebih kepada mereka. Karena masa depan sebuah bisnis terletak pada bagaimana mempertahankan kepuasan konsumen, pikirkan cara agar bisa meningkatkan pelayanan dan memenangkan persaingan.

BAB III
SIMPULAN
Untuk dapat memuaskan konsumennya, perusahaan dapat memulai dari mencari tahu kebutuhan dan keinginan itu sendiri. Atau dengan kata lain perusahaan harus tahu motif konsumen dalam membeli suatu produk. Apakah konsumen membeli produk untuk memperoleh manfaat inti dari produk ataukah mereka membeli produk tersebut akan memperoleh tambahan manfaat dari produk yang dibelinya
Identifikasi dan antisipasi kebutuhan konsumen. Perlu disadari, konsumen bukanlah sekadar membeli produk atau jasa. Akan tetapi mereka membeli perlakuan yang baik (good feelings) dan solusi atas masalah yang dihadapinya. Seringkali konsumen bersikap emosional ketimbang berpikir logis. Karena itu, semakin baik konsumen dipahami,, maka akan semakin mudah dalam mengantisipasi kebutuhan mereka. Lakukan komunikasi secara reguler sehingga diketahui apa yang dibutuhkan oleh konsumen.

Jumat, 15 Oktober 2010

perilaku konsumen

perilaku konsumen

Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan. Jika tujuan pembelian produk tersebut untuk dijual kembali, maka dia disebut pengecer atau distributor. Pada masa sekarang ini bukan suatu rahasia lagi bahwa sebenarnya konsumen adalah raja sebenarnya, oleh karena itu produsen yang memiliki prinsip holistic marketing sudah seharusnya memperhatikan semua yang menjadi hak-hak konsumen

Perilaku Konsumen adalah perilaku yang konsumen tunjukkan dalam mencari, menukar, menggunakan, menilai, mengatur barang atau jasa yang mereka anggap akan memuaskan kebutuhan mereka.

Definisi lainnya adalah bagaimana konsumen mau mengeluarkan sumber dayanya yang terbatas seperti uang, waktu, tenaga untuk mendapatkan barang atau jasa yang diinginkan.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen antara lain adalah :

Menurut James F. Engel - Roger D. Blackwell - Paul W. Miniard dalam Saladin terdapat tiga faktor yang mempengaruhinya, yaitu :

* Pengaruh lingkungan, terdiri dari budaya, kelas sosial, keluarga dan situasi. Sebagai dasar utama perilaku konsumen adalah memahami pengaruh lingkungan yang membentuk atau menghambat individu dalam mengambil keputusan berkonsumsi mereka. Konsumen hidup dalam lingkungan yang kompleks, dimana perilaku keputusan mereka dipengaruhi oleh keempat faktor tersebut diatas.

* Perbedaan dan pengaruh individu, terdiri dari motivasi dan keterlibatan, pengetahuan, sikap, kepribadian, gaya hidup, dan demografi. Perbedaan individu merupkan faktor internal (interpersonal) yang menggerakkan serta mempengaruhi perilaku. Kelima faktor tersebut akan memperluas pengaruh perilaku konsumen dalam proses keputusannya.

* Proses psikologis, terdiri dari pengolahan informasi, pembelajaran, perubahan sikap dan perilaku. Ketiga faktor tersebut menambah minat utama dari penelitian konsumen sebagai faktor yang turut mempengaruhi perilaku konsumen dalam penambilan keputusan pembelian.


Menurut Kotler dan Armstrong (1996) terdapat dua faktor dasar yang mempengaruhi perilaku konsumen yaitu faktor eksternal dan faktor internal.

* Faktor eksternal

Faktor eksternal merupakan faktor yang meliputi pengaruh keluarga, kelas sosial, kebudayaan, marketing strategy, dan kelompok referensi. Kelompok referensi merupakan kelompok yang memiliki pengaruh langsung maupun tidak langsung pada sikap dan prilaku konsumen. Kelompok referensi mempengaruhi perilaku seseorang dalam pembelian dan sering dijadikan pedoman oleh konsumen dalam bertingkah laku.


* Faktor internal

Faktor-faktor yang termasuk ke dalam faktor internal adalah motivasi, persepsi, sikap, gaya hidup, kepribadian dan belajar. Belajar menggambarkan perubahan dalam perilaku seseorang individu yang bersumber dari pengalaman. Seringkali perilaku manusia diperoleh dari mempelajari sesuatu.



Pendekatan Perilaku Konsumen

Pendekatan perilaku konsumen terdiri dari 2 bagian yaitu :

a.Pendekatan Kardinal atau Cardinal Approach
Menurut pendekatan kardinal kepuasan seorang konsumen diukur dengan satuan kepuasan (misalnya:uang). Setiap tambahan satu unit barang yang dikonsumsi akan menambah kepuasan yang diperoleh konsumen tersebut dalam jumlah tertentu. Semakin besar jumlah barang yang dapat dikonsumsi maka semakin tinggi tingkat kepuasannya. Konsumen yang rasional akan berusaha untuk memaksimalkan kepuasannya pada tingkat pendapatan yang dimilikinya. Besarnya nilai kepuasan akan sangat bergantung pada individu (konsumen) yang bersangkutan. Konsumen dapat mencapai kondisi equilibrium atau mencapai kepuasan yang maksimum apabila dalam membelanjakan pendapatannya mencapai kepuasan yang sama pada berbagai barang. Tingkat kepuasan konsumen terdiri dari dua konsep yaitu kepuasan total (total utility) dan kepuasan tambahan (marginal utility). Kepuasan total adalah kepuasan menyeluruh yang diterima oleh individu dari mengkonsumsi sejumlah barang atau jasa. Sedangkan kepuasan tambahan adalah perubahan total per unit dengan adanya perubahan jumlah barang atau jasa yang dikonsumsiAsumsi dari pendekatan ini adalah sebagai berikut:

1. Konsumen rasional, artinya konsumen bertujuan memaksimalkan kepuasannya dengan batasan pendapatannya.
2. Berlaku hukum Diminishing marginal utility, artinya yaitu besarnya kepuasan marginal akan selalu menurun dengan bertambahnya jumlah barang yang dikonsumsi secara terus menerus.
3. Pendapatan konsumen tetap yang artinya untuk memenuhi kepuasan kebutuhan konsumen dituntut untuk mempunyai pekerjaan yang tetap supaya pendapatan mereka tetap jika salah satu barang di dalam pendekatan kardinal harganya melonjak.
4. Uang mempunyai nilai subyektif yang tetap yang artinya uang merupakan ukuran dari tingkat kepuasan di dalam pendekatan kardinal semakin banyak konsumen mempunyai uang maka semakin banyak mereka dapat memenuhi kebutuhan mereka..
5. Total utility adalah additive dan independent. Additive artinya daya guna dari sekumpulan barang adalah fungsi dari kuantitas masing-masing barang yang dikonsumsi. Sedangkan independent berarti bahwa daya guna X1 tidak dipengaruhi oleh tindakan mengkonsumsi barang X2, X3, X4 …. Xn dan sebaliknya.

b.Pendekatan Ordinal atau Ordinal Approach

Dalam Pendekatan Ordinal daya guna suatu barang tidak perlu diukur, cukup untuk diketahui dan konsumen mampu membuat urutan tinggi rendahnya daya guna yang diperoleh dari mengkonsumsi sekelompok barang. Pendekatan yang dipakai dalam teori ordinal adalah indefference curve, yaitu kurva yang menunjukkan kombinasi 2 (dua) macam barang konsumsi yang memberikan tingkat kepuasan sama. Asumsi dari pendekatan ini adalah:

1. Konsumen rasional artinya konsumen bertujuan memaksimalkan kepuasannya dengan batasan pendapatannya.
2. Konsumen mempunyai pola preferensi terhadap barang yang disusun berdasarkan urutan besar kecilnya daya guna yang artinya konsumen melihat barang dari segi kegunaannya.
3. Konsumen mempunyai sejumlah uang tertentu artinya konsumen harus mempunyai uang untuk memenuhi kebutuhannya.
4. Konsumen selalu berusaha mencapai kepuasan maksimum artinya konsumen harus berusaha semaksimal mungkin walaupun hanya mempunyai uang terbatas untuk memenuhi kebtuhan mereka.
5. Konsumen konsisten, artinya bila barang A lebih dipilih daripada B karena A lebih disukai daripada B, tidak berlaku sebaliknya
6. Berlaku hukum transitif, artinya bila A lebih disukai daripada B dan B lebih disukai daripada C, maka A lebih disukai daripada C

Persaman dan perbedaan:

Persamaan Kardinal dan Ordinal:
Persamaan kardinal dan ordinal yaitu sama-sama menjelaskan tindakan konsumen dalam mengkonsumsi barang-barang yang harganya tertentu dengan pendapatan konsumen yang tertentu pula agar konsumen mencapai tujuannya (maximum utility)
Perbedaan kardinal dan Odinal :
Pandangan antara besarnya utility menganggap bahwa besarnya utiliti dapat dinyatakan dalam angka atau bilangan.. Sedangkan analisis ordinal besarnya utility dapat dinyatakan.dalam bilangan atau angka. Analisis kardinal mengunakan alat analisis yang dinamakan marginal utiliy(pendekatan marginal). Sedangkan analisis ordinal menggunakan analisis indifferent curve atau kurva kepuasan sama .


Konsep Elastisitas

Elastisitas adalah perbandingan perubahan proporsional dari sebuah variabel dengan perubahan variable lainnya. Definisi lain, elastisitas mengukur seberapa besar kepekaan atau reaksi konsumen terhadap perubahan harga.

Konsep elastisitas ini digunakan untuk meramalkan apa yang akan barang/jasa dinaikkan. Pengetahuan mengenai seberapa dampak perubahan harga terhadap permintaan sangatlah penting. Bagi produsen, pengetahuan ini digunakan sebagai pedoman seberapa besar ia harus mengubah harga produknya. Hal ini sangat berkaitan dengan seberapa besar penerimaan penjualan yang akan ia peroleh. Sebagai contoh, anggaplah biaya produksi sebuah barang meningkat sehingga seorang produsen terpaksa menaikkan harga jual produknya. Menurut hukum permintaan, tindakan menaikkan harga ini jelas akan menurunkan permintaan. Jika permintaan hanya menurun dalam jumlah yang kecil, kenaikan harga akan menutupi biaya produksi sehingga produsen masih mendapatkan keuntungan. Namun, jika peningkatan harga ini ternyata menurunkan permintaan demikian besar, maka bukan keuntungan yang ia peroleh. Hasil penjualannya mungkin saja tidak dapat menutupi biaya produksinya, sehingga ia menderita kerugian. Jelas di sini bahwa produsen harus mempertimbangkan tingkat elastisitas barang produksinya sebelum membuat suatu keputusan. Ia harus memperkirakan seberapa besar kepekaan konsumen atau seberapa besar konsumen akan bereaksi jika ia mengubah harga sebesar sepuluh persen, dua puluh persen, dan seterusnya.

Besar kecilnya kepekaan tersebut dapat dilihat dari besarnya angka koefisien elastisitas atau indeks elastisitas.
4 konsep elastisitas yang umumnya dipakai dipakai dalam teori ekonomi mikro
1. Elastisitas Harga Permintaan (the price elasticity of demand)
2. Elastisitas Silang (The Cross Price Elasticity of demand)Elastisitas silang (Ec)
3. Elastisitas Pendapatan (The Income Elasticity of Demand)
KONSEP ELASTISITAS:

Elastisitas Harga Permintaan (the price elasticity of demand)

Elastisitas harga permintaan adalah derajat kepekaan/ respon jumlah permintaan akibat perubahan harga barang tersebut atau dengan kata lain merupakan perbadingan daripada persentasi perubahan jumlah barang yang diminta dengan prosentase perubahan pada harga di pasar, sesuai dengan hukum permintaan, dimana jika harga naik, maka kuantitas barang turun Dan sebaliknya.

Sedangkan tanda elastisitas selalu negatif, karena sifat hubungan yang berlawanan tadi, maka disepakati bahwa elastisitas harga ini benar indeksnya/koefisiennya dapat kurang dair, dama dengan lebih besar dari satu Dan merupakan angka mutlak (absolute), sehingga permintaannya dapat dikatakan :
1. Tidak elastisitas (in elastic)
2. Unitari (unity) dan
3. Elastis (elastic)

Dengan bentuk rumus umum sebagai berikut :

Δ Q ΔP Δ Q P
Eh : atau Eh = X
Q P ΔP Q
Dimana :
Eh adalah elastisitas harga permintaan
Q adalah Jumlah barang yang diminta
P adalah harga barang tersebut
Δ adalah delta atau tanda perubahan.

Disamping tiga bentuk elastisitasharga permintaan diatas, ada dua lagi elastisitas harga permintaan, yaitu :

1. Permintaan yang elastis sempurna (perfectly Elastic), ini merupakan tingkat yang paling tinggi dari kemungkinan elastisitas, dimana respon yang paling besar dari jumlahbarang yang diminta terhadap harga, bentuk kurva permintaannya merupakan garis horizontal dengan sempurna sejajar dengan sumbu gabris horizontal dengan sempurna sejajar dengan sumbu datar, besar elastisitasnya tidak berhingga (Eh =Ï‚) pada kondisi ini berapapun jumlah permintaan, harga tidak berubah atau pada tingkat harga yang jumlah permintaan dapat lebih banyak.

2. Kurva permintaan yang tidak elastis sempurna (perfectly inelastic), ini merupakan tingkat paling rendah dari elastisitas, dimana respon yang jumlah permintaan barang terhadap perubahan harga adalah sangat kecil, bentuk kurva permintaannya vertikal dengan sempurna sejajar dengan sumbu tegak, besar koefisien elastisitasnya adalah nol (Eh = 0), artinya bagaimanapun harga tinggi, konsumen tidak akan mengurangi jumlah permintaannya.
Masing-masing bentuk kurva elastisitas harga tersebut,

Faktor Yang Mempengaruhi Elastisitas Harga Permintaan
Elastisitas harga permintaan mengukur tingkat reaksi konsumer terhadap perubahan harga. Elastisitas ini dapat menceritakan pada produsen apa yang terjadi terhadap penerimaan penjualan mereka, jika mereka merubah strategi harga, apakah kenaikan/menurunkan jumlah barang yang akan dijualnya.

Ada beberapa faktor yang menentukan elastisitas harga permintaan :
1. Tersedia atau tidaknya barang pengganti di pasar
2. Jumlah pengguna/tingkat kebutuhan dari barang tersebut
3. Jenis barang dan pola preferensi konsumen
4. Periode waktu yang tersedia untuk menyesuaikan terhadap perubahan harga/periode waktu penggunaan barang tersebut.
5. Kemampuan relatif anggaran untuk mengimpor barang

Elastisitas akan besar bilamana :
1. terdapat banyak barang subsitusi yang baik
2. harga relatif tinggi
3. ada banyak kemungkinan-kemungkinan penggunaan barang lain

Elastisitas umumnya akan kecil, bilamana :
1. benda tersebut digunakan dengan kombinasi benda lain
2. barang yang bersangkutan terdapat dalam jumlah banyak, dan dengan harga-harga yang rendah.
3. Untuk barang tersebut tidak terdapat barang-barang substitusi yang baik, Dan benda tersebut sangat dibutuhkan.


Elastisitas Silang (The Cross Price Elasticity of demand)

Permintaan konsumen terhadap suatu barang tidak hanya tergantung pada harga barang tersebut. Tetapi juga pada preferensi konsumen, harga barang subsitusi dan komplementer Dan juga pendapatan.
Para ahli ekonomi mencoba mengukur respon/reaksi permintaan terhadap harga yang berhubungan dengan barang tersebut, disebut dengan elastisitas silang (Cross Price Elasticity of demand)
Perubahan harga suatu barang akan mengakibatkan pergeseran permintaan kepada produk lain, maka elastisitas silang (Exy) adalah merupakan persentase perubahan permintaan dari barang X dibagi dengan persentase perubahan harga dari barang Y
Apabila hubungan kedua barang tersebut (X dan Y) bersifat komplementer (pelengkap) terhadap barang lain itu, maka tanda elastisitas silangnya adalah negatif, misalnya kenaikan harga tinta akan mengakibatkan penurunan permintaan terhadap pena.
Apabila barang lain tersebut bersifat substitusi (pengganti) maka tanda elastisitas silangnya adalah positif, misalnya kenaikan harga daging ayam akan mengakibatkan kenaikan jumlah permintaan terhadap daging sapi Dan sebaliknya.

Bentuk umum dari Elastisitas silang adalah :
ΔQx Py
Es = ——- x ——- > 0 Substitusi
Δ Px Qx

Δ Qy Px
Es = ——- x ——- < 0 Komplementer Δ Py Qy Perlu dicatat bahwa indeks/koefisien elastisitas tidak sama dengan lereng dari kurva atau slope dari kurva permintaan. Bila elastisitas tersebut no (0) berarti tidak ada hubungan antara suatu barang dengan barang lain. Elastisitas Pendapatan (The Income Elasticity of Demand) Suatu perubahan (peningkatan/penurunan) daripada pendapatan konsumer akan berpengaruh terhadap permintaan berbagai barang, besarnya pengaruh perobahan tersebut diukur dengan apa yang disebut elastisitas pendapatan. Elastisitas pendapatan ini dapat dihitung dengan membagi persentase perubahan jumlah barang yang diminta dengan persentase perobahan pendapatan, dengan rumus. Δ Q Δ Y Δ Q Y Em = ——- : ——– atau Em = ——– x ——– Q Y ΔY Q Jika Em= 1 (Unity), maka 1 % kenaikan dalam pendapatan akan menaikkan 1 % jumlah barang yang diminta; Jika Em>1 (Elastis), maka orang akan membelanjakan bahagian yang lebih besar dari pendapatan terhadap barang.
Jika pendapatan naik; jika Em < 1 (in Elastis), maka orang akan membelanjakan bahagian pendapatan yang lebih kecil untuk suatu barang, bila pendapatannya naik.
Apabila yang terjadi adalah kenaikkan pendapatan yang berakibatkan naiknya jumlah barang yang diminta, maka tanda elastisitas tersebut adalah positif dan barang yang diminta sebut barang normal atau superior.

Bila kenaikan dalam pendapatan tersebut berakibat berkurangnya jumlah suatu barang yang diminta, maka tanda elastisitas terhadap barang tersebut adalah negatif dan barang ini disebut dengan barang inferior atau giffen.


Referensi :

http://id.wikipedia.org/wiki/Konsumen
http://www.anneahira.com/artikel-umum/perilaku-konsumen.html
http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2010/04/perilaku-konsumen-dan-produse/
http://irwan.ndaru.staff.gunadarma.ac.id/BAB+II+TINJAUAN+PUSTAKA+PHK.doc

PERILAKU KONSUMEN

Bab 1 Pendahuluan
Perubahan sikap dan perilaku dalam bentuk kesadaran untuk memilih dan
memperoleh produk terbaik bagi daya beli yang dibelanjakannya telah mendorong
dunia usaha dan perbankan kepada suatu tingkat persaingan yang makin ketat,
tepatnya adalah dunia usaha dan perbankan bersaing sebaik mungkin agar
produknya dipilih dan dibeli. Keadaan tersebut pada gilirannya menempatkan
fungsi dan peranan pemasaran dalam perusahaan sebagai fungsi yang
berhubungan dengan konsumen (pasar) menjadi semakin penting.
Dunia perbankan adalah dunia persaingan, persaingan adalah dunia
pertempuran, seperti halnya pertempuran atau peperangan memerlukan strategi,
perlengkapan, persenjataan dan sasaran, maka untuk memenangkan persaingan
bank akan mengembangkan pola suatu strategi kompetitif, strategi tersebut
berbentuk kombinasi bauran pemasaran yang diarahkan ke pasar. Sasaran
didahului dengan segmentasi dan identifikasi kebutuhan nasabah akan jasa /
produk perbankan serta analisa situasi persaingan.
Produk perbankan yang telah siap dipasarkan harus dikomunikasikan dan
disampaikan kepada konsumen yang telah ditetapkan melalui berbagai strategi
dan perangkat yang tetap untuk mewujudkan hal tersebut maka manajemen bank
harus jeli dalam menjelaskan kebijaksanaan jasa pelayanan dan pemasarannya
guna dapat meningkatkan bagian pasar yang dikuasainya, salah satu caranya
adalah memahami perilaku konsumen, dengan mengetahui perilaku konsumen
perusahaan dapat melihat bagaimana keberadaan produknya yang telah
dipasarkan.
Bab.2 Pembahasan
. TIGA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PILIHAN KONSUMEN
  1. Konsumen Individu
Pilihan merek dipengaruhi oleh kebutuhan konsumen, persepsi atas karakteristik  merek, dan sikap ke arah pilihan. Sebagai tambahan, pilihan merek dipengaruhi oleh demografi konsumen, gaya hidup, dan karakteristik personalia.
2. Pengaruh Lingkungan
Lingkungan pembelian konsumen ditunjukkan oleh budaya (norma kemasyarakatan, pengaruh kedaerahan atau kesukuan), kelas sosial (keluasan grup sosial ekonomi atas harta milik konsumen), grup tata muka (teman, anggota keluarga, dan grup referensi) dan faktor menentukan yang situasional (situasi dimana produk dibeli seperti keluarga yang menggunakan mobil dan kalangan usaha).
3. Marketing strategy
Merupakan variabel dimana    pemasar mengendalikan usahanya dalam memberitahu dan mempengaruhi konsumen. Variabel-variabelnya adalah barang, harga, periklanan dan distribusi yang mendorong konsumen dalam proses pengambilan keputusan. Pemasar harus mengumpulkan informasi dari konsumen untuk evaluasi kesempatan utama pemasaran dalam pengembangan pemasaran. Kebutuhan ini digambarkan dengan garis panah dua arah antara strategi pemasaran dan keputusan konsumen dalam gambar 1.1 penelitian pemasaran memberikan informasi  kepada organisasi pemasaran mengenai kebutuhan konsumen, persepsi tentang karakteristik merek, dan sikap terhadap pilihan merek. Strategi pemasaran kemudian dikembangkan dan diarahkan kepada konsumen.
Ketika konsumen telah mengambil keputusan kemudian evaluasi pembelian masa lalu, digambarkan sebagai umpan balik kepada konsumen individu. Selama evaluasi, konsumen akan belajar dari pengalaman dan pola pengumpulan informasi mungkin  berubah,  evaluasi  merek,  dan  pemilihan  merek.  Pengalamn  konsumsi secara langsung akan berpengaruh apakah konsumen akan membeli merek yang sama lagi.
Panah  umpan balik mengarah kembali kepada organisasi     pemasaran. Pemasar akan mengiikuti rensponsi konsumen dalam bentuk saham pasar dan data penjualan. Tetapi informasi ini tidak menceritakan kepada pemasar tentang mengapa konsumen membeli atau informasi tentang kekuatan dan kelemahan dari merek pemasar secara relatif terhadap saingan. Karena itu penelitian pemasaran diperlukan pada tahap ini untuk menentukan reaksi konsumen terhadap merek dan kecenderungan pembelian di masa yang akan datang. Informasi ini mengarahkan pada manajemen untuk merumuskan kembali strategi pemasaran kearah pemenuhan kebutuhan konsumen yang lebih baik.
B. PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Tipologi pengambilan keputusan konsumen :
  1. Keluasan pengambilan keputusan (the extent of decision making)
Menggambarkan proses yang berkesinambungan dari pengambilan keputusan menuju kebiasan. Keputusan dibuat berdasrkan proses kognitip dari penyelidikan informasi dan  evaluasi  pilihan  merek.  Disisi  lain,  sangat  sedikit  atau  tidak  ada keputusan yang mungkin terjadi bila konsumen dipuaskan dengan merek khusus dan pembelian secara menetap.
2. Dimensi atau proses yang tidak terputus dari keterlibatan kepentingan pembelian yang tinggi ke yang rendah.
Keterlibatan kepentingan pembelian yang tinggi adalah penting bagi konsumen. Pembelian berhubungan secara erat dengan kepentingan dan image konsumen itu sendiri. Beberapa resiko yang dihadapi konsumen adalah resiko keuangan , sosial, psikologi. Dalam beberapa kasus, untuk mempertimbangkan pilihan produk secara hati-hati diperlukan waktu dan energi khusus dari konsumen. Keterlibatan kepentingan pembelian yang rendah dimana tidak begitu penting bagi konsumen, resiko finansial, sosial, dan psikologi tidak begitu besar. Dalam hal ini mungkin tidak bernilai waktu bagi konsumen, usaha untuk pencarian informasi tentang merek dan untuk mempertimbangkan pilihan yang luas. Dengan demikian, keterlibatan kepentingan pembelian yang rendah umumnya memerlukan proses keputusan yang terbatas “ a limited  process of decision making”. Pengambilan keputusan vs kebiasaan dan keterlibatan kepentingan yang rendah vs keterlibatan kepentingan yang tinggi menghasilkan empat tipe proses pembelian konsumen.
C. EMPAT TIPE PROSES PEMBELIAN KONSUMEN :
1.  Proses “ Complex Decision Making “, terjadi bila keterlibatan kepentingan tinggi pada pengambilan keputusan yang terjadi. Contoh pengambilan untuk membeli sistem  fotografi elektronik seperti Mavica atau keputusan untuk membeli mobil. Dalam kasus seperti ini, konsumen secara aktif mencari informasi  untuk  mengevaluasi  dan  mempertimbangkan  pilihan  beberapa merek dengan menetapkan kriteria tertentu seperti kemudahan dibawa dan resolusi untuk sistem kamera elektronik, dan untuk mobil adalah hemat, daya tahan tinggi, dan peralatan. Subjek pengambilan keputusan yang komplek adalah sangat penting. Konsep perilaku kunci seperti persepsi, sikap, dan pencarian informasi yang relevan untuk pengembangan stratergi pemasaran.
2.    Proses “ Brand Loyalty “.  Ketika pilihan berulang, konsumen belajar dari pengalaman masa lalu  dan  membeli merek                                                 yang memberikan kepuasan dengan sedikit atau tidak ada proses pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Contoh pembelian sepatu karet basket merek Nike atau sereal Kellogg,s Nutrific. Dalam setiap kasus disini pembelian adalah penting untuk konsumen, sepatu basket karena keterlibatan kepentingan dalam olah raga, makanan sereal untuk orang dewasa karena kebutuhan nutrisi. Loyalitas merek muncul dari kepuasan pembelian yang lalu. Sehingga, pencarian informasi dan evaluasi merek terbatas atau tidak penting keberadaannya dalam konsumen memutuskan membeli merek yang sama.
Dua tipe yang lain dari proses pembelian konsumen dimana konsumen tidak terlibat atau keterlibatan kepentingan yang rendah      dengan barangnya adalah tipe pengambilan keputusan terbatas dan proses inertia.
3.  Proses “ Limited Decision Making “. Konsumen kadang-kadang mengambil keputusan walaupun mereka tidak memiliki keterlibatan kepentingan yang tinggi, mereka hanya memiliki sedikit pengalaman masa lalu dari produk tersebut. Konsumen membeli barang mencoba-coba untuk membandingkan terhadap makanan snack yang biasanya dikonsumsi. Pencarian informasi dan evaluasi terhadap pilihan merek lebih terbatas dibanding pada proses pengambilan keputusan yang komplek. Pengambilan keputusan terbatas juga terjadi ketika konsumen mencari variasi. Kepitusan itu tidak direncanakan, biasanya dilakukan seketika berada dalam toko. Keterlibatan kepentingan yang rendah, konsumen cenderung akan berganti merek apabila sudah bosan mencari variasi lain sebagai perilaku pencari variasi akan melakukan apabila resikonya minimal.
Catatan proses pengambilan keputusan adalah lebih kepada kekhasan konsumen daripada kekhasan barang. Karena itu tingkat keterlibatan kepentingan dan pengambilan keputusan tergantung lebih kepada sikap konsumen terhadap produk daripada karakteristik produk itu sendiri. Seorang konsumen mungkin terlibat kepentingan memilih produk makanan sereal dewasa karena nilai nutrisinya, konsumen lain mungkin lebih menekankan kepada kecantikan dan menggeser merek dalam mencari variasi.
4.  Proses “ Inertia “. Tingkat kepentingan dengan barang adalah rendah dan tidak ada pengambilan keputusan. Inertia berarti konsumen membeli merek yang sama bukan karena loyal kepada merek tersebut, tetapi karena tidak ada waktu yang cukup dan ada hambatan untuk mencari alternatif, proses pencarian informasi pasif terhadap evaluasi dan pemilihan merek. Robertson berpendapat bahwa dibawah kondisi keterlibatan kepentingan yang rendah “ kesetiaan merek hanya menggambarkan convenience yang melekat dalam perilaku yang berulang daripada perjanjian untuk membeli merek tersebut” contoh pembelian sayur dan kertas tisu.PENGAMBILAN  KEPUTUSAN  YANG  KOMPLEK  (COMPLEKS  DECISION MAKING)
Untuk  memahami  keputusan  yang  komplek  maka  perlu  dipahami  hakekat keterlibatan konsumen dengan suatu produk.
Kondisi  keterlibatan  konsumen  akan  suatu  produk,  apabila  produk  tersebut adalah :
1.  Penting bagi konsumen karena image konsumen sendiri, misalnya pembelian mobil sebagai simbol status.
2.  Memberikan daya tarik yang terus menerus kepada konsumen, misal dalam dunia mode ketertarikan konsumen model pakaian.
3.  Mengandung resiko tertentu, misal resiko keuangan untuk membeli rumah, resiko teknologi untuk pembelian komputer.
4.  Mempunyai ketertarikan emosional, misal pencinta musik membeli Sistem stereo yang baru.
5.  Dikenal dalam kelompok grupnya atau “ badge “ value dari barang yang bersangkutan, seperti jaket kulit, mobil marsedes atau scarf dari Gucci.
Tipe Keterlibatan :
1.  Situational involvement. Terjadi hanya dalam situasi khusus dan sementara dan umumnya bila pembelian itu dibutuhkan. Misalnya keputusan mengambil pendidikan MBA adalah karena kabutuhan untuk pekerjaan.
2.  Enduring involvement, terus menerus dan lebih permanen umumnya terjadi karena ketertarikan yang berlangsung terus dalam kategori produk, walaupun pembelian itu dibutuhkan atau tidak, misalnya ketertarikan pada baju.
Baik  enduring maupun situational involvement merupakan hasil proses pengambilan keputusan yang kompleks. “Badge” value adalah suatu kondisi dimana mencakup keterlibatan situasional dan keterlibatan yang menetap.
Penelitian dalam penagambilan keputusan meliputi lima tahap :
1)   Penetapan masalah
2)   Pencarian informasi
3)   Evaluasi terhadap pilihan
4)   Pemilihan
5)   Hasil dari pilihan
Langkah-langkah ini dapat ditransformasikan ke dalam tahap-tahap keterlibatan konsumen dalam pengambilan keputusan yang komplek :
1)  Need Aurosal
2)  Proses informasi konsumen
3)  Evaluasi Merek
4)  Pembelian
Pengambilan keputusan yang komplek seringnya untuk produk berkategori :
•    – Barang dengan harga tinggi
•    – Barang yang mempunyai resiko penampilan seperti mobil dan produk medis
•    – Barang yang kompleks seperti komputer
•    – Barang special seperti peralatan olah raga, perabot
•    – Barang yang berhubungan dengan ego seseorang seperti pakaian, kosmetik
5)  Evaluasi sesudah pembelian
Bab.3 Kesimpulan
Konsep pembelajaran dibutuhkan memahami kebiasaan, pembelajaran dapat didefenisikan sebagai perubahan perilaku yang berasal dari hasil pengalaman masa lalu. Ada dua aliran pemikir tehadap pemahaman proses pembelajaran konsumen (1) pembelajaran perilaku. Menitiberatkan pada dorongan pada pengaruh perilaku atau perilaku itu sendiri. (2) pembelajaran kognitip menitiberatkan pada pemecahan masalah dan menekankan pada variabel pemikiran konsumen yang mempengaruhi pembelajaran.
Dalam kelompok perilaku dikembangkan dua teori pembelajaran, perbedaan terjadi  pada  “  classical  conditioning  “  dan  “  Instrumental  conditioning.  Pada  “ classical conditioning” menerangkan perilaku berdasar pada pendirian hubungan tertutup antar dorongan primer dan dorongan            sekunder. “ Instrumental conditioning “ memandang perilaku sebagai fungsi dari tindakan konsumen . Kepuasan mengarahkan pada kemungkinan melakukan pembelian.
Pembelajaran mengarahkan kepada pembelian yang berulang dan kebiasaan. Dalam  model  yang  menggambarkan  perilaku  kebiasaan  pembelian,  pengarahan
kebutuhan mengarah langsung pada perhatian membeli, pembelian selanjutnya, dan
evaluasi sesudah pembelian. Proses pencarian informasi dan evaluasi merek sangat sedikit (minimal).
Kebiasaan menggambarkan dua fungsi penting, yaitu penurunan resiko untuk pembelian dengan tingkat keterlibatan yang tinggi dan penghematan waktu serta
energi untuk produk dengan tingkat keterlibatan yang rendah.
Kebiasaan       seringnya         mengarahkan     kepada     kesetiaan     merek     yaitu    pada pembelian yang berulang berdasarkan pada kesesuaian merek. Teori pembelajaran yang berbeda menjabarkan dua pandangan yang berbeda terhadap kesetiaan merek. Pendekatan               instrumental              conditioning          menunjukkan                       bahwa             pembelian          yang konsisten terhadap suatu merek mencerminkan komitmen terhadap suatu merek. Tetapi sebagian  loyalitas mencerminkan pembelian yang berulang adalah bukan karena komitmen dengan merek tetapi merupakan proses inertia. Kelompok kognitip percaya bahwa perilaku saja tidak cukup sebagai ukuran loyalitas, diperlukan komitmen sikap terhadap suatu merek.
Daftar Pustaka
Wahana, Jaka dan Kirbrandoko, 1995, Pengantar Mikro Ekonomi Jilid I, Terjemahan Cetakan pertama, Binarupa Aksara, Jakarta
http://www.endz4shared.co.cc/2010/03/1.html

Selasa, 28 September 2010

PERAN MEDIA DALAM PEMBENTUKAN OPINI MASYARAKAT DI WILAYAH PERBATASAN MENGENAI JATI DIRI BANGSA INDONESIA


PERAN MEDIA DALAM PEMBENTUKAN OPINI MASYARAKAT DI WILAYAH PERBATASAN MENGENAI JATI DIRI BANGSA INDONESIA

Oleh : Amiruddin Z.



Latar Belakang Masalah
            Hidup ini dikendalikan media massa, kehadiran/keberadaan media massa di suatu lokasi/tempat adalah sangat penting. Dengan keberadaan media massa dapat meningkatkan peradaban masyarakat di lokasi/ tempat tersebut. Masyarakat memperoleh berbagai informasi sekaligus mempengaruhi sikap atau membentuk cara pandang.  Penyebaran informasi adalah usaha komunitas melalui saluran komunikasi untuk menyampaikan pesan kepada masyarakat luas. Saluran komunikasi ini dapat dianggap sebagai penerus atau saluran pesan yang berasal dari sumber informasi kepada sasaran komunikasi  ( Rogres, 1978 :16 )
Peran media di dalam penyampaian informasi diungkapkan seorang penulis ternama Alfin Tofler bahwa peradaban manusia dimasa ini telah memasuki era baru yang disebut “ The Third Wave “ dikatakan bahwa fungsi informasi menjadi jauh lebih penting daripada era sebelumnya. Dapat dipahami pengaruh informasi yang disampaikan melalui media sangat berperan dalam pembentukan opini masyarakat. Jhon Naisbit mengungkapkan bahwa ada sepuluh pertanda zaman yang kini merubah hidup dan kehidupan masyarakat Amerika, dari kesepuluh pertanda zaman tersebut yang pertama kali adalah information society atau masyarakat informasi.
Carter (1973) menganggap komunikasi sebagai satu tingkah laku. Menurut beliau apabila seseorang berkomunikasi dia berusaha untuk mencari informasi yang dapat digunakan untuk mengatasi permasalahan yang sedang dihadapinya supaya dia mempunyai satu gambaran yang lebih tepat tentang keadaan yang dihadapinya . Chaffe (1980) dalam Rahmat (1985 : 215-217) mengemukakan tiga pendekatan untuk melihat efek media massa :

Pertama    : Pendekatan yang berkaitan dengan media massa
Kedua       : Pendekatan dengan melihat jenis perubahan yang terjadi pada khalayak seperti penerima informasi, perubahan perasaan atau sikap dan perubahan perilaku (perubahan kognisi, efeksi, bihavioral)
Ketiga       : Meninjau suatu observasi yang dikenal efek media massa.

Pendekatan tersebut menurut Gonzales (1978: dalam Jahi, 1988 :17) disebut tiga dimensi efek komunikasi massa itu :
  • Efek Kognitif yang meliputi peningkatan kesadaran belajar dan tambahan pengetahuan
  • Efek Afektif yang berhubungan dengan emosi, perasaan dan sikap.
  • Efek Konatif erat hubungannya denga niat dan kecenderungan dan berperilaku menurut cara tertentu

Adanya asumsi bahwa masyarakat pada wilayah perbatasan menggunakan media luar negeri, lebih mengenal negara tetangga, dengan demikian dikhawatirkan akan mengalami kelunturan jati diri sebagai bangsa Indonesia, oleh karenanya dipandang perlu penelitian ini.

Permasalahan
Berdasarkan Uraian diatas, maka masalah penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut  :
Bagaimana Peran Media dalam pembentukan opini masyarakat mengenai jati diri Bangsa Indonesia di wilayah perbatasan ?
Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui peran media dalam pembentukan opini masyarakat mengenai jati diri Bangsa Indonesia di wilayah perbatasan.

Pembatasan Masalah.
Masyarakat yang menjadi objek penelitian ini adalah masyarakat yang berdomisili di  wilayah perbatasan yang berada dalam cakupan wilayah kerja BBPPKI Medan. Namun karena faktor keterbatasan dana, waktu dan tenaga, maka dibatasi yaitu hanya wilayah, Provinsi Sumatera Utara yaitu : Kabupaten Batubara, Provinsi Riau yaitu : Kabupaten Rokan Hilir, Provinsi Kepri adalah : Kabupaten Bintan dan Kabupaten Tanjung Balai Karimun, Provinsi Kalimantan Timur  adalah : Kabupaten Malinao dan Kabupaten Nunukan, Provinsi Kalimantan Barat adalah : Kabupaten Sanggau, Kabupaten Sambas, dan Kabupaten Bengkayang.
Objek penelitian ini adalah Media yang beredar di wilayah perbatasan dalam cakupan kerja BBPPKI Medan, meliputi media elektronik, dan media cetak .

Kajian Teoritis
1.         Media Dalam Pembentukan Opini
            a.      Peran Media
         Peran media massa dalam kehidupan sosial menurut beberapa literatur tidak diragukan lagi, walaupun kerap dipandang secara berbeda-beda. Namun tidak ada yang menyangkal atas peran media massa yang signifikan dalam masyarakat moderen. MC.Quail dalam bukunya Mass Communication Theories (2000:66) menerangkan opini publik terhadap peran Media Massa.
Pertama. Melihat Media Massa sebagai Window On Events And Experience atau khalayak memandang apa yang terjadi di luar sana.
Kedua. Media Massa dianggap A miror  Of event In Society And The Word Impleying A Faith Full Relection atau cermin dari berbagai peristiwa yang ada.
Dikatakan beliau media massa merupakan sumber ketahanan atau alat kontrol, menagemen dan motivasi dalam masyarakat yang dapat didayagunakan sebagai pengganti kata atau sumber daya lainnya. Dari beberapa Pengkajian maupun tulisan dinyatakan bahwa hampir semua tempat, media massa diharapkan ikut mengembangkan kepentingan nasional dan menunjang nilai nilai utama pola perilaku tertentu karena sesungguhnya media massa itu sendiri berfungsi sebagai pemberi informasi, pendidik, hiburan dan kontrol sosial

b.      Pengertian Opini dan Opini Publik
         William Albiq dalam bukunya Modern Public Opinion “ yang dikutip oleh Meinanda (1980 : 29 ) mengemukakan bahwa “Opini adalah suatu pernyataan mengenai sesuatu yang sifatnya bertentangan. Opini merupakan “ Expressed statement yang biasa diucapkan dengan kata kata. Isyarat, atau cara lain yang mengandung arti dan dapat dipahami maksudnya. Hal ini berarti opini harus dinyatakan. 
Subyek dari suatu opini biasanya masalah masalah baru. Opini berupa reaksi pertama dimana orang mempunyai rasa ragu ragu tentang sesuatu, yang lain dari kebiasan, ketidakcocokan, dan adanya perubahan penilaian. Unsur unsur ini mendorong orang untuk saling mempertentangkannya ( Albiq dalam Sunarjo, 1984 :31)
Dengan demikian pengertian opini atau pendapat mempunyai dua unsur yaitu :
1)      Adanya pernyataan
2)      Mengenai masalah yang bertentangan.
Opini atau pendapat itu dapat dinyatakan melalui media massa seperti Televisi, Radio, maupun Suratkabar atau Majalah. Opini ini dikemukakan oleh berbagai kalangan dari berbagai kalangan. Karena itu opini mempunyai ciri ciri :
1)      Selalu diketahui dari pernyataan pernyataan.
2)      Merupakan sinthesa atau kesatuan dari banyak pendapat.
3)      Mempunyai pendukung dalam jumlah besar.
Selanjutnya pengertian publik menurut Soekamto dalam Sunarjo (1984 :19) adalah kelompok yang tidak merupakan kesatuan. Interaksi terjadi secara tidak langsung melalui media komunikasi misalnya pembicaraan secara pribadi, desas desus, melalui media komunikasi massa misalnya surat kabar, radio, televisi dan sebagainya.
Publik menaruh minat pada persoalan atau kepentingan yang sama, mereka terlibat dalam suatu pertukaran pemikiran untuk mencari penyelesaian atau kepuasan atas persoalan itu ( Hartono dalam Rousydy, 1985 :314 ). Menurut Schramm dalam Sunarjo dan Sunarjo ( 1981 : 2) yang menyebabkan timbulnya publik adalah :
1)      Sebagai respons terhadap suatu masalah.
2)      Adanya perhatian dan minat terhadap sesuatu hal yang umum sifatnya dan menyangkut kepentingan umum pula.
Secara singkat Blumer dalam Sastropoetro (1990 : 108 ) mengemukakan ciri ciri publik sebagai berikut :
1)            Dikonfrontasi / dihadapkan kepada sesuatu issu.
2)            Terlihat dalam diskusi mengenai issu tersebut.
3)            Memiliki perbedaan pendapat tentang cara mengatasi issu.
Dari kata opini dan publik timbullah istilah yaitu opini publik.
Para ahli mengemukakan berbagai rumusan atau definisi tentang opini publik, yang berbeda satu sama lain. Menurut Childs (1965 ) hal ini terjadi karena adanya perbedaan interest (titik perhatian) dalam mengkaji opini publik tersebut. Misalnya ilmuan politik membatasi untuk kajian politik, kemudian pihak pihak lain menitikberatkan pada cara pembentukan pendapat atau tentang kualitas dari pendapat pendapat yang dinyatakan, pengaruh pengaruhnya dan sebagainya (Sastroepoetro, 1990 :117 )
Cutlip dan Center dalam Sastroepoetro            (1990 :117 ) bahwa istilah opini publik sangat licin, sukar untuk diwajibkan, sulit pula untuk didefinisikan, sulit untuk diukur dan tidak mungkin untuk dilihat. Namun kekuatannya yang meresap sangat mudah dirasakan. Meskipun demikian, dari sejumlah teori yang ada, Peneliti mencoba mengutip beberapa teori yang dianggap relevan dengan penelitian ini.
         Cutlip dan Center (1961) dalam bukunya “ Effective Public Relations “ yang dikutip oleh Sastroepoetro (1990 : 71 ) menyatakan bahwa : “ Opini Is The Sum Of Accumulated Individual Opinion On And Issue In Public Debates And Effecting A Group Of People “. Artinya Opini publik adalah jumlah akumulasi pendapat individual tentang suatu issu dalam pembicaraan secara terbuka dan pengaruh terhadap sekelompok orang. Dengan demikian opini publik terbentuk melalui suatu kegiatan yang berupa debat, pembicaraan, atau pertukaran pikiran antara individu individu yang berada dalam suatu kelompok.
Sedangkan Iris dan Protho (1965) dalam bukunya : The Politics Of Opini  adalah “ The Ekspression Of Attitude On A Social Issue “.
Lebih lanjut Irish dan Protho dalam Susanto (1985 :90) menyatakan : suatu pendapat harus dinyatakan terlebih dahulu agar dapat dinilai sebagai pendapat atau opini publik. Sebab menurut mereka sesuatu yang belum dinyatakan belum bisa disebut opini karena belum mengalami proses komunikasi, melainkan masih merupakan suatu proses dalam diri manusia, masih merupakan sikap.
Disamping itu, diperlukan pula adanya issu atau masalah agar sesuatu itu dapat dinilai sebagai opini publik. Suatu pendapat akan menjadi issu apabila mengandung unsur kemungkinan pro dan kontra. Suatu issu akan menjadi issu sosial apabila ia menyebabkan orang lain akan membentuk pendapatnya dan menyatakan ataupun memberikan tanggapannya atas persoalannya yang dibahas oleh pendapat semula (Irish dan Protho, dikutip oleh Susanto, 1985 : 92 )
Dengan demikian, opini publik merupakan pendapat yang ditimbulkan oleh adanya unsur unsur sebagai berikut :
1.      Adanya masalah atau situasi yang bersifat kontroversial yang menimbulkan kontra.
2.      Adanya publik yang terikat kepada masalah tersebut dan berusaha memberikan pendapatnya

2.         Wilayah Perbatasan
Indonesia bila dilihat dari sisi geografis adalah merupakan negara besar di Asia Tenggara. Keberadaan Negara Indonesia terletak diantara 6 0 Linta Utara, 11 0 Lintang Selatan dan diatas 95 0 Bujur Timur, dan 141 0  Bujur Barat, berada diantara Benua Asia-Australia dan diantara Samudra Hindia-Pasifik. Indonesia adalah merupakan negara kepulauan yang terdiri dari 13.667 pulau.
Dalam Draft Rancangan Pembangunan Nasional Jangka Panjang (2004-2009) pada Bab 24 tentang pengurangan ketimpangan Pembangunan Daerah dijelaskan bahwa wilayah Perbatasan dan terpencil kondisinya masih terbelakang. Perhatian berbagai pihak terhadap pembangunan di kawasan perbatasan pada beberapa tahun terakhir ini semakin besar.
Indonesia disamping memiliki potensi wilayah yang strategis bagi pertahanan dan keamanan negara, namun di beberapa wilayah perbatasan terjadi kesenjangan pembangunan yang cukup besar dengan negara tetangga yang dikhawatirkan dalam jangka panjang akan menimbulkan kerawanan. Untuk wilayah perbatasan (khususnya perbatasan darat) disamping masih rendahnya dana pembangunan, penyebab utama ketinggalan adalah akibat dari arah kebijakan pembangunan kewilayahan yang selama ini cenderung berorientasi in word looking sehingga seolah olah kawasan perbatasan hanya menjadi halaman belakang dari pembangunan kita.
Sementara itu, pulau pulau kecil yang ada di Indonesia sulit berkembang terutama karena lokasinya sangat terisolir dan sulit dijangkau. Diantaranya banyak yang tidak berpenghuni atau sangat sedikit jumlah penduduknya, serta belum tersentuh oleh pelayanan dasar dari pemerintah seperti,   Sekolah,  Puskesmas, dan lain lain.
Selanjutnya disebutkan program pengembangan wilayah perbatasan ditujukan untuk menjaga keutuhan wilayah NKRI melalui penetapan hak kedaulatan NKRI yang dijamin oleh hukum internasional, meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat dengan menggali potensi ekonomi, sosial dan budaya serta potensi lokasi perbatasan.
Dan menjadikan wilayah perbatasan sebagai halaman depan negara sehingga tercapai hubungan yang harmonis  antara negara RI dengan negara tetangga dan antara masyarakat Indonesia dengan masyarakat negara tetangga. Kegiatan pokok yang akan dilakukan adalah :
1.      Fasilitasi pemerintah daerah untuk mengembangkan wilayah perbatasan antara negara sehingga wilayah perbatasan menjadi beranda depan negara, baik kondisi fisik maupun kehidupan masyarakatnya tidak sangat jauh berbeda dengan yang ada di negara tetangga.
2.      Deklarasi serta penetapan garis perbatasan antara negara dengan tanda tanda batas yang jelas
3.      Pengamanan wilayah perbatasan dari kegiatan illegal dan fasilitas pergerakan barang dan orang secara sah dan mudah.
4.      Pengembangan wilayah perbatasan sebagai pusat pertumbuhan ekonomi berbasis sumber daya alam lokal melalui pengembangan sektor sektor unggulan.
5.      Peningkatan kualitas sumber daya manusia khususnya dalam bidang kesehatan dan pendidikan.
6.      Peningkatan kapasitas kelembagaan pemerintah daerah dan masyarakat.
7.      Peningkatan wawasan kebangsaan masyarakat, serta
8.      Penegakan supermasi hukum serta aturan perundang undangan terhadap setiap pelanggaran yang terjadi di wilayah perbatasan.

Mengingat bentuk geografis Indonesia, yaitu sebagai negara kepulauan yang dua pertiga wilayahnya terdiri dari lautan dan diantara pulau pulaunya ada yang memberikan cukup ruang dan kedalam bagi penyusunan perlawanan. Tidak terkecuali melalui pemberitaan media massa (keberadaan media asing) dapat membuat kedangkalan rasa kecintaan terhadap tanah air Indonesia, menipisnya rasa kebangsaan dan hilangnya jati diri bangsa Indonesia.

Metodologi Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis, metode yang hanya memaparkan situasi dan peristiwa apa adanya, tanpa mencari dan menjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesa atau membuat prediksi ( Rakhmat, 1997 :34).
Penelitian deskriptif hanya memberi gambaran secermat mungkin mengenai suatu individu, keadaan gejala, atau kelompok tertentu. Tujuannya adalah untuk membuat deskripsi secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau daerah tertentu

1.         Lokasi Penelitian
            Dengan berbagai pertimbangan dan pengkajian secara intern BBPPKI Medan ditetapkan lokasi yang dijadikan sampel dalam penelitian ini yaitu :
§               Untuk Provinsi Sumatera Utara yaitu : Kabupaten Batubara.
§               Untuk Provinsi Riau yaitu : Kabupaten Rokan Hilir
§               Untuk Provinsi Kepri adalah : Kabupaten Bintan dan Kabupaten Tanjung Balai Karimun
§               Untuk Provinsi Kalimantan Timur  adalah : Kabupaten Malinao dan Kabupaten Nunukan
§               Untuk Provinsi Kalimantan Barat adalah : Kabupaten Sanggau, Kabupaten Sambas, dan Kabupaten Bengkayang, lokasi tersebut dinilai dapat mewakili setiap provinsi
§               Sementara Provinsi Sumatera Barat dan Provinsi NAD yang juga merupakan wilayah kerja BBPPKI Medan, namun tidak diikutsertakan pada penelitian ini.

2.         Informan Yang Diwawancarai
1.            Humas Setda Kab/Kota/Kabid Informasi Dinas Perhubungan
2.            DPRD Kab/Ko ( yang membidangi informasi)
3.            Dinas Pendidikan / Tokoh Pendidikan
4.            Tokoh Adat / Budayawan
5.            Organisasi Pers
6.            Organisasi Radio
7.            Organisasi Televisi
8.            Organisasi KNPI Setempat/Tokoh Pemuda
9.            Tokoh Organisasi Masyarakat
10.        Tokoh Agama
11.        KPID

3.         Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dilakukan  dengan wawancara mendalam terhadap informan dan studi dokumen.
            Pengumpulan data primer dilakukan dengan melalui wawancara mendalam (in-depth interview) sesuai pedoman wawancara yang disusun berdasarkan permasalahan dan tujuan yang akan dicari dalam penelitian. Untuk lebih mendalami secara akurat dalam pengumpulan data ini juga dilakukan melalui teknik snowball (bola salju).
Prosedur dan mekanisme melalui penerapan dengan metoda atau teknik snowball ini dilakukan secara berantai, makin lama informan semakin besar seperti halnya bola salju. Pada tingkatan operasional, pengumpulan data kepada para key informan ini dicari yang relevan untuk di interview, dan selanjutnya diminta untuk menyebutkan nara sumber lainnya dengan spesifikasi/spesialisasi yang sama, yang biasanya saling mengenal karena mereka satu spesialisasi (Darmadi D, dkk:1998;34, Kristi Poerwandari:2001;61) 
Pengumpulan data melalui metoda ini dilakukan dengan pertama, menentukan nara sumber yang pertama kali di wawancarai, kemudian kedua meminta kepada nara sumber pertama itu untuk menyebutkan key informan yang berikut dan seterusnya sehingga data yang diperoleh semakin kaya untuk kepentingan analisisnya. Wawancara dianggap cukup dan bisa diakhiri ketika pemberi informan terkahir memberikan jawaban yang sama dan tidak menyimpang dari nara sumber informasi sebelumnya

4.         Teknik Analisis Data
·              Data primer dan skunder yang telah diperoleh melalui observasi, wawancara mendalam, catatan lapangan, kliping media cetak, buku laporan, buku-buku pedoman dan peraturan, kepustakaan dan sebagainya dikumpulkan dan ditelaah serta dikaitkan dengan permasalahan dan tujuan penelitian
·              Data yang telah dirangkum berdasarkan permasalahan yang ingin diperoleh jawabannya, kemudian dipelajari dan dianalisis secara mendalam berdasarkan alur pemikiran dan sistematika penulisan.

Pembahasan Hasil Penelitian
1.         Aspek Geografis.
Indonesia bila dilihat dari sisi geografis adalah merupakan negara besar di Asia Tenggara. Keberadaan negara Indonesia terletak diantara 6 0 Lintang Utara, 110  Lintang Selatan dan diatas 95 0 Bujur Timur, 141 0 Bujur Barat, berada diantara benua Asia-Australia dan diantara Samudra Hindia-Pasifik. Indonesia adalah merupakan negara kepulauan yang terdiri dari 13.667 pulau.
Secara umum wilayah perbatasan masih merupakan wilayah rertinggal dengan sarana dan prasaran sosial dan ekonomi yang masih sangat terbatas akibat dari kebijakan pendekatan pembangunan di wilayah tersebut selama ini lebih mengutamakan pada pendekatan keamanan (security approach) dari pada pendekatan kesejahteraan ( prosperty approach). Dampak dari pendekatan seperti itulah yang mengakibatkan wilayah perbatasan ini menjadi daerah yang tidak tersentuh oleh dinamika pembangunan dan pusat pelayanan pemerintah lainnya yang menyebabkan masayarakatnya menjadi relative miskin dan tertinggal . sehingga secara ekonomi, masyarakat di wilayah ini lebih berorientasi kepada negara tetangga Malaysia, yang telah membangun pusat-pusat pertumbuhan ekonomi di sepanjang koridor perbatasannya melalui berbagai kegiatan ekonomi dan perdagangan yang telah memberikan keuntungan bagi masyarakatnya.
Dari aspek politik dan sosial budaya, masyarakat di wilayah inipun lebih cenderung berorientasi pada Negara tetangga karena rendahnya akses informasi dan komunikasi yang mereka peroleh sehari-hari, sehingga dikhawatirkan akan melunturkan nilai-nilai jati diri kebangsaan sebagai warga NKRI    
Disamping memiliki potensi wilayah yang strategis bagi pertahanan dan keamanan negara. Namun di beberapa wilayah perbatasan terjadi kesenjangan pembangunan yang cukup besar dengan negara tetangga yang dikhawatirkan dalam jangka panjang akan menimbulkan kerawanan.
Untuk wilayah perbatasan (khususnya perbatasan darat) disamping masih rendahnya dana pembangunan, penyebab utama ketertinggalan adalah akibat dari arah kebijakan pembangunan kewilayahan yang selama ini cenderung berorientasi inward looking sehingga seolah-olah kawasan perbatasan hanya menjadi halaman belakang dari pembangunan kita.
Sementara itu, pulau-pulau kecil yang ada di Indonesia sulit berkembang terutama karena lokasinya sangat terisolir dan sulit dijangkau. Diantaranya banyak yang tidak berpenghuni atau sangat sedikit jumlah penduduknya, serta belum tersentuh oleh pelayanan dasar dari pemerintah sepertisekolah, puskesmas, dan lain-lain.
Secara umum wilayah perbatasan dipandang dari aspek informasi dan komunikasi. Selama ini lebih mengenai pemerintah dan kebijakan negeri tetangga, sebagaimana terjadi di Kalimantan Barat. Kata Drs. Wikaya Kusuma, MA, peneliti senior di Univ.Tanjungpura Pontianak (Asa di Tapal Batas) Tabloit Dep.Kominfo Edisi Desember 2006.
Direktur Wilayah Administrasi dan Perbatasan, Ditjen Pemerintahan Umum, Dep.Dalam Negeri, Kartiko Purnomo, SH, MPA, mengatakan masih banyak batas wilayah negara yang belum beres, terutama wilayah perairan Indonesia dengan negara-negara perbatasan.
Sedangkan pembangunan perbatasan sudah beres sebanyak 72 Pos Lintas Batas (PLB), mercusuar dan pilar-pilar dikepulauan terluar diperbatasan negara, menelan biaya ratusan milyar rupiah untuk menghindari pencaplokan wilayah kesatuan Indonesia sebagaimana Pulau Ligitan dan Sepadan yang kini milik Malysia dan Pulau Pasir masuk wilayah Australia. Meski perbatasan dengan Malaysia, Singapura, Papua Nugini dan Australia titik-titik koordinat sudah selesai, namun masih dilakukan pemasangan mercusuar untuk diwilayah perbatasan perairan (laut) dan pembangunan PLB yang juga diharapkan dapat mendongkrak makro ekonomi masyarakat di wilayah perbatasan. Yang belum beres untuk wilayah perairan dengan Indonesia, Thailand, Filipina, Vietnam, Timor Leste. Untuk Timor Leste kini masih terus dilakukan negosiasi dan diplomasi daerah Kupang yang masih tarik ulur, “ Katanya.
Banyak batas wilayah titik koordinat diperairan dengan negara-negara tetangga ini perlu mendapat perhatian kita bersama, “ Disinilah Patriotisme Kebangsaan kita diuji, Dep. Dalam Negeri terus bekerja keras, begitu juga Dep. Luar Negeri berupaya meningkatkan lobby-lobby untuk menyelamatkan wilayah Indonesia “.
Mencegah pencaplokan pulau-pulau terluar, pemerintah telah memasang prasasti, sehingga tidak gampang negara mengklaim pulau itu miliknya. Tapi efektifision dan efektifprinsipil juga harus diperhatikan. Kalau kita lalai mengelolanya bisa terulang kembali kasus Ligitan dan Sipadan,  terhadap Malaysia, dimana selalu terjadi tumpang tindih perbatasan wilayah meski telah disepakati bersama. Mencermati geografis Indonesia teridiri dari Kepulauan dan berhubungan dengan wilayah perbatasan yang banyak.

2.         Aspek Media
Sesuai dengan fungsi komunikasi secara umum dapat dikategorikan menjadi :
1.            Memberi tahu (To Inform)
2.            Mendidik (To Educate)
3.            Membujuk (To Persuade)
4.            Menghibur (To Entertaint)
Dampak dari keberadaan media komunikasi informasi ditengah-tengah masyarakat/lingkungan adalah dapat membawa kedinamisan dan kemajuan dalam berbagai aspek kehidupan dan sektor lapangan kerja dari masyarakat lingkungan/daerah tersebut. Karena media komunikasi informasi dimaksud dapat menyentuh dan mempengaruhi pengetahuan dan cara pandang serta bertingkah laku, walaupun tidak seketika terhadap kehidupan masyarakat di daerah/wilayah dimaksud.
Temuan dari dampak media pada daerah lokasi penelitian ini membuktikan bahwa pada daerah yang dijadikan penelitian di wilayah perbatasan, terutama pada bagian pedalaman, belum optimal mendapat siaran/tayangan dari media Indonesia, malah pada lokasi pedalaman di wilayah perbatasan, masyarakat/penduduk Indonesia lebih dominant menggunakan media (TV/RADIO) siaran/tayangan luar negeri (Malaysia). Sungguhpun pada prinsipnya bagi masyarakat bahwa siaran/tayangan dan bahasan yang digunakan oleh media luar negeri tersebut tidaklah lebih baik dan menarik dibandingkan dengan siaran/tayangan oleh media Indonesia.
Namun disisi lain, media luar negeri lebih unggul dalam hal daya jangkauannyalebih luas dan mudah diakses tanpa menggunakan parabola/antenapun dapat terlihat jelas, berbeda dengan media Indonesia yang harus menggunakan parabola/antenna, juga tidak sejelas/terang dari media Malaysia.
Penduduk di pedalaman wilayah perbatasan dari sisi ekonomi sangat memprihatinkan, malah ada diantara mereka yang terpaksa berpindah-pindah guna mendapatkan lahan pertanian yang bakal digarap dijadikan lahan pertanian. Kondisi ini tentu lebih tidak memungkinkan dapat menerima siaran/tayangan dari media Indonesia   

3.         Wawasan Kebangsaan Dan Jati Diri Bangsa.
·                    Wawasan Kebangsaan
Wawasasan kebangsaan sangat penting dihayati untuk keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) ke depan. Minimnya rasa nasionalisme terhadap bangsa, bisa memecah kesatuan dan persatuan bangsa yang sudah puluhan tahun terikat.
Suatu bangsa yang tidak mempedulikan akan arti pentingnya wawasan kebangsaan bisa hancur. Terlepas dari berbagaai penyebab dan factor terjadinya kurangnya nasionalisme seperti karena krisis ekonomi dan politik, bangsa Indonesia harus benar-benar kembali akan pentingnya wawasan kebangsaan. Wawasan kebangsaan itu harus dinomorsatukan dari keutuhan Negara Indonesia.

·                    Jati Diri Bangsa Indonesia
Jati diri bangsa Indonesia dibentuk oleh 4 (empat) Konsepsus dasar yaitu :
1.            Pancasila
2.            UUD-1945
3.            NKRI
4.            Bhineka Tunggal Ika
Empat sumber dasar inilah yang membentuk sikap kita dalam melihat, memandang diri kita sendiri, memandang bangsa lain. Konsep dasar ini pulalah yang menyatukan kebhinekaan tunggal ika kita.    
Dari jawaban hasil wawancara mendalam terhadap informan pada penelitian ini, dapat diketahui bahwa wawasan kebangsaan dan jati diri bangsa Indonesia oelh masyarakat di wilayah perbatasan masih rendah, namun tidaklah luntur atau mengingkari/menolak dari empat konsepsus dasar tersebut.
Bagi masyarakat pedalaman di wilayah perbatasan tidaklah menampilkan ke-empat konsepsus dasar jati diri tersebut, yang paling mendasar bagi masyarakat pedalaman di wilayah perbatasan adalah persoalan ekonomi, infrastruktur yang belum tertata, sarana pendidikan, kesehatan yang masih terbelakang, transportasi dan listrik sangat terbatas. Kesemua sarana yang ketertinggalan tersebut bisa terpenuhi, jati diri bangsa Indonesia bagi masyarakat pedalaman di wilayah perbatasan tidaklah perlu diragukan.
Di sisi lain adalah SDM, peningkatan pendidikan menjadi prioritas utama. Keterbelakangan SDM bagi masyarakat pedalaman di wilayah perbatasan membuat peranan media tidak banyak artinya karena media lebih difungsikan hanya bertujuan sebagai hiburan.

Kesimpulan
  1. Dari hasil penelitian, terutama berupa wawancara mendalam (Depth Interview) terhadap informan yang dijadikan pada penelitian  “ Peran Media Dalam Pembentukan Opini Masyarakat di Wilayah Perbatasan Mengenai Jati Diri Bangsa Indonesia “, terungkap bahwa wilayah perbatasan masih merupakan wilayah tertinggal dengan saran dan prasarana sosial, ekonomi yang masih sangat terbatas. Wilayah perbatasan menjadi menjadi daerah yang belum tersentuh oleh dinamika pembangunan dan pusat-pusat pelayanan pemerintah lainnya yang menyebabkan masyarakat menjadi relatif miskin dan tertinggal, sehingga secara ekonomi masyarakat di wilayah perbatasan ini lebih berorientasi kepada negara tetangga Malaysia yang terus membangun ousat-pusat pertumbuhan ekonomi disepanjang koridor perbatasannya melalui berbagai kegiatan ekonomi dan perdagangan yang lebih memberikan keuntungan bagi masyarakatnya.
  2. Hasil penelitian ini juga menemukan bahwa keberadaan media (terutama TV dan Radio) di wilayah perbatasan khususnya di Pulau Kalimantan didapatkan selain siaran dan tayangan nasional, juga peran dan keberadaan media TV dan Radio negara tetangga (Malaysia) lebih eksis, lebih jelas dibandingkan dengan siaran/tayangan nasional. Sehingga dilokasi tertentu yaitu pada bagian pedalaman wilayah perbatasan peran dan keberadaan media luar negeri tersebut lebih dominan, hal ini terkait dengan faktor ekonomi masyarakat karena bagi masyarakat yang  ekonomi lemah, tidaklah dapat membeli seperangkat alat yang digunakan agar bisa mendapatkan siaran nasional, dengan demikian masyarakat tersebut menyerap tayangan/siaran dari negara tetangga (Malaysia)
  3. Tentang jati diri bangsa Indonesia bagi masyarakat wilayah perbatasan, berdasarkan jawaban dari berbagai kalangan dari informan yang dijadikan dalam penelitian ini mengemukakan bahwa jati diri masyarakat di wilayah perbatasan tidaklah luntur, tetapi wawasan mereka dapat dikatakan menurun, tentu suatu kewajaran disebabkan minimnya mendapatkan penjelasan dan informasi nasional yang akhirnya mereka bisa jadi lebih mengenal struktur negara tetangga tersebut dari pada negaranya sendiri.
Saran
Saran yang dapat disampaikan dari hasil penelitian “ Peran Media Dalam Pemberitaan Opini Masyarakat Di Wilayah Perbatasan Mengenai Jati Diri Bangsa Indonesia “.
§         Diharapkan kesinergian Pemerintah Pusat, Provinsi dan Daerah guna penataan infrastruktur pembangunan di wilayah perbatasan. Karena keberadaan dan pengguna media informasi sangat tergantung terhadap maju dan tidaknya serta SDMnya dari suatu daerah/wilayah tersebut. Demikian pula penataan dari media informasi tidak terlepas dan senantiasa mempunyai ketertarikan dari keberadaan dan kesiapan sarana dan prasarana lainnya.
Persoalan yang paling mendesak bagi masyarakat Indonesia yang berdomisili di pedalaman wilayah perbatasan adalah masalah ekonomi, dari persoalan ekonomi ini berdampak menurunnya wawasan kebangsaan, oleh karenanya pemerintah harus memprioritaskan pembangunan ekonomi dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat akan terbina peningkatan wawasan kebangsaan dan terpeliharanya jati diri bangsa Indonesia, disebabkan masyarakat dapat mengakses media nasional